Direktur RSUD Pandega Pangandaran, Titi Sutiamah menyampaikan, fisioterapi bukan hanya untuk pasien pascaoperasi atau penderita cedera, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat umum, termasuk lansia, dalam upaya pencegahan gangguan fisik.
“Banyak yang mengira fisioterapi hanya untuk orang sakit. Padahal, fisioterapi juga efektif mencegah masalah fisik di masa depan, terutama pada lansia,” kata Titi.
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar pada kelompok lansia adalah berkurangnya fungsi fisik akibat melemahnya otot, sendi kaku, serta menurunnya keseimbangan yang dapat meningkatkan risiko jatuh.
“Kondisi ini bisa berakibat fatal, mulai dari patah tulang hingga kecacatan permanen. Keluarga punya peran besar. Mengajak orang tua jalan pagi, senam, atau sekadar mengingatkan untuk tetap bergerak, bisa jadi langkah sederhana tapi penting,” terangnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan jumlah lansia di Indonesia akan mencapai lebih dari 30 juta jiwa pada 2030. Tanpa persiapan, angka ini berpotensi menjadi beban sosial dan ekonomi. Namun, jika lansia tetap sehat dan mandiri, mereka justru dapat menjadi aset berharga.
Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Jawa Barat menegaskan, fisioterapi berperan penting menjaga kemandirian lansia. Di mana, menjaga kemandirian berarti juga menjaga martabat dan kualitas hidup mereka.





