Peneliti FPIK UNPAD Mendeteksi Pola Migrasi Ikan Pelagis Era Perubahan Iklim Skala Regional dengan Satelit

Pemanasan global adalah isu utama di dunia saat ini. Peringatan Hari Nusantara sebagai momentum untuk meluruskan dan mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia karena begitu pentingnya laut, mendorong umat manusia harus mengelola laut dan sumber dayanya secara berkelanjutan. Dengan begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh laut saat ini, anomali iklim seperti ENSO mempengaruhi dinamika massa air di bagian timur benua maritim yang juga turut serta berdampak terhadap pola sebaran dan hasil tangkapan ikan. Sehingga sangat penting bagi peneliti untuk membantu masyarakat bagaimana sektor perikanan laut menghadapi perubahan iklim global dari sisi riset yang ilmiah.

Seiring dengan perubahan kondisi laut seperti kenaikan suhu setempat, akan berdampak pada perubahan pola migrasi ikan yang ada dari habitat asli mereka ke wilayah-wilayah dengan iklim yang lebih nyaman bagi mereka.

Permasalahannya adalah pada kondisi seperti apa yang nyaman untuk ikan pelagis dan dimana wilayahnya agar bisa memaksimalkan hasil tangkapan para nelayan sesuai dengan Jumlah yang diperbolehkan ketika era perubahan iklim.

Mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara dengan pulau terbanyak yang dikelilingi laut. Selain itu, Indonesia juga dilewati oleh Global Conveyer Belt atau pola sirkulasi dunia yang dibentuk oleh suhu dan salinitas, Selain itu, keberadaan sirkulasi yang menyebabkan adalanya aliran arus yang melewati perairan Indonesia ini dikenal sebagai Arus Lintas Indonesia (Arlindo) atau Indonesian Through-Flow (ITF).

Baca juga:  Pemimpin Ideal untuk Pangandaran; Sebuah Tinjauan dari Sudut Pandang Perencanaan Wilayah dan Kota

Arlindo akan semakin menguat ketika periode musim timur yakni Juni hingga Agustus. Perbedaanya intensitas dari ITF tidak bisa dinaffikkan karena juga sangat mempengaruhi massa air yang dilewatinya sehingga sangat penting untuk mengetahui dampak terhadap kondisi perikanan tangkap yang ada disekitar wilayah Selat makasar.

Selain ITF yang berpengaruh besar pada lingkungan selat di Indonesia, parameter oseanografinya juga masih terbatas dan penelitian serupa belum banyak dilakukan ditambah lagi iklim perairan Indonesia yang dipengaruhi El Niño dan La Niña di Samudra Pasifik sehingga keterbatasan informasi mengenai perubahan pola migrasi ikan sangat mungkin juga akan mempengaruhi hasil tangkapan ikan di wilayah ini.

Salah satu spesies yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah ikan pelagis Besar. Ikan pelagis besar seperti tuna sirip kuning, cakalang, atau tuna kecil merupakan spesies penting yang menjadi sasaran perikanan komersial lokal dalam WPPNRI 713. Berdasarkan Keputusan Menteri KKP no 19 tahun 2022 mengenai hasil estimasi, JTB dan tingkat pemanfaatan, wilayah WPPNRI no 713 Ikan pelagis memiliki estimasi potensi 446.808 ton dengan JTB 255.905 ton serta tingkat pemanfaatan perlu dipertahankan dengan monitor yang kuat. Dengan potensi yang besar tersebut sangat penting untuk para pemangku kebijakan dan pelaksana operasional dilapangan dalam hal ini nelayan mengentahui informasi agar hasil tangkapan lebih optimal.

Penelitian yang didanai oleh Riset Inovatif Produktif (RISPRO) kepada salah satu dosen FPIK Unpad yaitu Mega Laksmini Syamsuddin Ph.D bertujuan untuk mengkaji variabilitas musiman daerah potensial ikan (DPI) di WPP-RI 713 periode 2015-2020. Penelitian berhasil memetakan data laut di Indonesia pada setiap bulan pada tahun 2015-2020 di Selat Makassar. Hasil penelitian dapat menghadirkan informasi mengenai pola migrasi ikan periode 2015-2020 terhadap dampak perubahan iklim regional dan membuat model prediksi daerah potensi penangkapan ikan pelagis dengan mengaplikasikan teknologi Satelit penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain menghasilkan output riset yang berupa pola migrasi ikan dengan mempertimbangkan karakteristik oseanografi yang sesuai terhadap habitat ikan pelagis, lebih jauh lagi, hasil penelitian adalah model prediksi daerah penangkapan ikan yang sensitive terhadap perubahan iklim regional. Hal ini dapat mempermudah pihak pengguna baik pemerintah maupun nelayan dalam mengoptimalkan sumber daya ikan di perairan selat Makassar.

Baca juga:  Minuman Probiotik Sari Kurma, Paduan Khasiat Kurma dan Bakteri Baik

Kajian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengelolaan sumber daya ikan mengingat teknik penangkapan yang digunakan selama ini masih bersifat konvensional. Parameter oseanografi yang digunakan sebagai input model adalah data satelit penginderaan jauh yang terdiri dari suhu permukaan laut, arus, tinggi muka laut, angin, salinitas dan klorofil-a.

Pemodelan yang dilakukan dalam riset ini menggunakan MaxEnt yang mendapatkan lokasi yang sesuai dengan habitat hidup ikan pelagis. Penelitian ini berhasil hingga mendaptakan rentang angka parameter oseanografi seperti suhu permukaan laut, salinitas, kondisi klorofil-a, angin, dan arus yang disukai oleh ikan cakalang (Hasilnya sedang disusun untuk publikasi). Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah kami akan mematenkan hasil pemodelan yang kami dapatkan melalui MaXent untuk wilayah Selat Makasar agar dapat digunakan oleh khalayak masyarakat. Untuk memberikan informasi mengenai kondisi dan lokasi yang sesuai dengan habitat ikan pelagis, agar dapat membantu nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan,

Selain bermanfaat untuk stakeholders bidang perikanan tangkap, riset yang didanai oleh LPDP ini juga berkontribusi pada Gerakan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 13 (Climate Action) dan nomor 14 (Life Below Water) selain itu juga memberikan arahan berupa sosialisasi dan penyuluhan dengan tema “Ayo Berperan Mengurangi Dampak Pemanasan Global” kepada generasi muda dalam hal ini SMA Negeri 1 Mamuju agar peduli terhadap isu perubahan iklim dan melakukan aksi yang dapat menghambat perubahan lebih lanjut dari iklim global bumi. Kita tidak dapat mencegah atau menghindar dari beberapa dampak negatif perubahan iklim. Oleh karena itu, kita harus bersiap untuk beradaptasi terhadap perubahan yang akan terjadi agar peringatan Hari Nusantara sebagai pemacu untuk mewujudkan poros maritim dunia tidak hanya menjadi seremonial semata.

Baca juga:  Konstelasi Politik Kampus

Penulis:

Qurnia Wulan Sari dan Mega Laksmini Syamsuddin

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran