Mikroalga “Si Kecil” yang Berguna

Baru saja Indonesia menggelar konferensi G20 yang dihadiri oleh para kalangan elite pemimpin dunia, salah satu yang menjadi pokok pembahasan dalam konferensi tersebut yakni bagaimana dapat mengatasi segala permasalahan dan krisis yang melanda pasca covid-19 selain itu, isu yang tak kalah penting mengenai transisi energi secara berkelanjutan dengan mengembangkan energi terbarukan.

Pembaruan energi sangat diperlukan meskipun, prosesnya tidak mudah dicapai, selama ini kita bergantung penuh dengan sumber energi fosil, akan tetapi energi ini lambat laun akan habis, seperti yang kita ketahui fosil fuel menghasilkan emisi karbon (CO2) yang berdampak pada perubahan iklim.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, “Menuju low zero Emmision itu berarti facing out dari fossil fuel” Lantas apa peran kita dalam mewujudkan Sustainable energi tersebut?

Sebagai generasi muda kita ditekankan memiliki kreativitas dalam mengembangkan inovasi di bidang keilmuan,Seperti memaksimalkan manfaat tersembunyi dari Mikroalga untuk mengahadapi krisis energi di masa mendatang.

Mikroalga merupakan tumbuhan berukuran mikroskopik yang sudah memiliki fungsi dan organ sel yang jelas, Mikroalga juga dapat dikategorikan sebagai fitoplankton karena memiliki zat hijau daun (klorofil).

Baca juga:  Potensi Pengembangan Wisata Halal di Pangandaran

Selama ini kita memandang bahwa Mikroalga hanya materi hijau yang mengapung diatas perairan, nyatanya tidak begitu, Mikroalga memiliki banyak manfaat dari segi bidang farmasi, penukar karbon dioksida dengan oksigen di atmosfer, maupun sebagai calon energi terbarukan.

Kenapa Mikroalga disebut sebagai calon energi terbarukan?

Dalam Mikroalga terkandung lipid kategori asam lemak, makromolekul yang didominasi rantai karbon ini dapat dimanfaatkan sebagai agen produksi Biofuel, Biodiesel, maupun Bioetanol, Biofuel sendiri merupakan bahan bakar yang berasal dari materi organik berupa tumbuhan maupun hewan. Akan tetapi, untuk menciptakan Biofuel tidak bisa secara instan karena Asam lemak dalam mikroalga harus melalui tahap esterifikasi terlebih dahulu, sebelum nantinya dapat menjadi Biofuel.

Pertama Mikroalga yang sudah dipanen akan melalui proses penghancuran, proses ini dilakukan agar mendapatkan ekstraksi minyak dari mikroalga tersebut setelah itu, memasuki proses tranesterifikasi, proses ini merupakan metode awal untuk menganalisa kandungan asam lemak dengan teknik kromatografi gas, dilanjutkan dengan pemisahan biodiesel dan gliserin, minyak yang sudah melalui beberapa tahap tersebut haruslah dicuci terlebih dahulu agar menghasilkan Biofuel yang dapat dimanfaatkan.

Baca juga:  Menakar Peran Strategis Pemuda Dalam Pesta Demokrasi Pemilu 2024

Alasan selanjutnya mengapa Mikroalga dipilih sebagai energi terbarukan dimasa depan karena kelebihan Mikroalga dalam pertumbuhannya yang sangat cepat dan pembiakannya yang tergolong mudah, Mikroalga hanya perlu tumbuh dan berkembang dilingkungan yang lembab.

Oleh sebab itu, Mikroalga sangat berpotensi digunakan sebagai sumber pasokan energi dimasa mendatang, Penemuan ini dapat dikategorikan sebagai transisi besar dimasa depan sehingga diperlukan dukungan pemerintah dari segi kebijakan dan sarana prasarana karena potensi Mikroalaga yang sangat menjanjikan tidak bisa dikembangkan sendirian, selain itu agar Mikroalga dapat memberi kebermanfaatan yang maksimal di masa depan.

Penulis:

Vessa Aurina Ananta 230310220061
Rendi Yuniar 230310220005
Febby Rahma 230310220060

REFERENSI

Hardyanto. (2022). G20 dan Bahasa Dunia. Sekertariat Kabinet Republik Indonesia. https://setkab.go.id/g20-dan-bahasa-dunia/
Setiarto, R. H. B. (2015). PEMANFAATAN MIKROALGA SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. http://u.lipi.go.id/1442292540