Arena  

PON Papua 2021, Perjuangan Akhir Tiga Atlet Tarung Derajat Asal Jabar

TIMIKA – Peraih emas PON XIX Jawa Barat (Jabar) untuk kelas Rangkaian Seni Gerak Putri kembali bertanding di PON XX Papua. Namun kali ini, formasi tiga srikandi ini mengalami perubahan.

Sebelumnya di PON XIX Jabar oleh Mega Ayu, Putri Desiyanti Azhara, dan Ridha Fauziah. Namun karena Mega Ayu memilih untuk fokus pada keluarga akhirnya keluar dari formasi tersebut dan menjadi pelatih di Bandung.

Guna mengisi hal tersebut, dilakukan seleksi di provinsi Bogor dan Eriska Agustina terpilih dari beberapa orang yang mengikuti seleksi.

Kepada media Eriska Agustina mengatakan pada Pekan Olahraga Daerah (Polda) Jabar ia berhasil meraih emas untuk seni gerak ranger putri. Dari Polda kemudian mengikuti seleksi untuk PON XX Papua.

“Sebelumnya ada lima orang untuk kualifikasi PON saya yang lolos seleksi. Ibaratnya saya pemula dan mereka sudah profesional tetapi saya bisa menyeimbangi. Alhamdulillah, Allah memiliki semua perjuangan dua tahun ini dan kami bisa masuk final,” katanya.

Meski PON XX sempat tertunda selama setahun dan perjuangannya yang selalu pulang pergi Bogor serta meninggalkan suami serta akhirnya terbayarkan dengan masuk final.

“Saya puas. Inilah yang ditunggu-tunggu. Setelah mengorbankan segala sesuatunya, apapun hasilnya saya pasrah kepada Allah,” tulisnya.

Baca juga:  Papua Juara Sepak bola PON 2021, Taklukkan Aceh 2-0

Dikatakan selama berada di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, ia merasakan bahwa ini merupakan tantangan tersendiri baik dari segi latihan maupun persaingan.

”Karena untuk teknik tarung derajat disini merata kalau dulu mungkin Jabar mendominasi tapi PON Papua ini merata untuk semua petarung. Tidak semua orang bisa ikut PON, justru yang terpilih sudah mewakilikan, rasanya sangat bangga,” ucapnya.

Ia merasa mendapat rejeki berlipat ganda karena selain PON, pertama ini juga merupakan kali pertama ia ke Papua. “Awalnya takut malaria tapi kita waspada juga. Dari pelatih dan pengurus sudah mempersiapkan kita agar tercegah dari malaria. Sejauh ini tidak ada kendala apapun,” imbuhnya.

Sementara itu, Putri Desiyanti Azhara mengatakan chemistry yang dibangun dengan Eriska memerlukan waktu yang lama karena domisili Eriska di Bogor. Selain itu ketika pandemi, Pemda Jabar menerapkan PPKM sehingga latihan hanya dilakukan melalui zoom.

“Saya dan Ridha chemistry sudah dapat dari 2013. Kita sudah sama-sama dengan kejurnas jadi dengan Eriska Agustina sehingga kami menyesuaikannya dengan lama. Jadi banyak rintangannya, lebih sulit dari dulu. Tapi tiga bulan sebelum PON, kita bangun chemistry dengan kumpul setiap hari,” tulisnya.

Selama di Papua ia pun merasakan jauh dari tempat tinggalnya, namun itu menjadi pendorong yang memotivasi untuk pulang membawa prestasi dan mempertahankan emas sebelumnya.

Baca juga:  Pemkab dan DPRD Pangandaran Berikan Penghargaan Pada Dua Atlet Peraih Emas PON Papua

“Kita harus bisa berjaya di tanah orang juga. Setelah tampil kami puas dan optimis dengan izin Allah. Masyarakat disini ramah, Papua memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Kalau kita baik, mereka juga baik. Kami betah karena orangnya baik dan ramah. Di penginapan juga ramah kaya di rumah sendiri, alhamdulilah kita nyaman dan betah,” ujarnya.

Demi PON XX Papua Tunda kehamilan demi Jabar.

“Jadi ini benar-benar puncaknya kita. Setelah PON Papua saya selesai dan mau fokus di keluarga. Kedepan saya akan jadi pelatih dulu karena mau ada Pekan Olahraga Daerah (Porda) jadi saya melatih dan bagikan ke adik-adik ilmu yang saya dapat dan memotivasi mereka,” tulisnya.

Menurutnya, bukan bagaimana menang atau kalah, tapi bagaimana bisa memegang amanah dan proses yang dijalani.

“Allah tidak pernah melihat hasilnya tetapi bagaimana kita berjuang dan berproses. Hal itulah yang akan menjadi kedewasaan kita nantinya. Saya belajar untuk bersabar dan kalau sudah punya prestasi tinggi juara itu tidak boleh sombong,” pesannya.

Setelah PON XX Papua, Putri dan Eriska memilih untuk pensiun menjadi atlet dan memilih fokus kepada keluarga.

Baca juga:  Persiapan PON 2024 di Sumut Capai 44 Persen

Namun lain halnya dengan Ridha Fauziah. Ia terus memilih untuk tetap menjadi atlet dan meraih prestasi. “Saya masih ingin berprestasi dan belum berumah tangga jadi masih panjang perjalanannya. Kedepan saya harus siap untuk berkolaborasi dengan siapa saja,” katanya.

Selama bertanding di Mimika ia merasa bahwa panitia pelaksana selalu mengingatkan untuk menjaga protokol kesehatan.

“Waktu sebelum kesini ada yang bilang hati-hati di Papua, tapi ternyata tidak sesuai omongan orang. Di sini semua ramah. Selama yang saya rasain sih orangnya tidak seperti yang dibilang. Saat kami jalan pagi masyarakat selalu menyapa selamat pagi,” kisahnya.

“Sang Guru Rimba dan Badai kasih kita jangan pulang jangan dendam, kita selesaikan di arena pertarungan. Selesai dari sini kita semua tetap keluarga,” tutupnya.

Tiga serangkai Putri Desiyanti Azhara, Ridha Fauziah dan Eriska Agustina pada PON XX Papua menampilkan rangkaian gerak putri derajat dua dengan menambahkan unsur tradisional khas Jabar yakni pisau kujang dan tari Jaipong.

PON XX Papua merupakan perjuangan terakhir mereka bersama-sama membela Jawa Barat. Putri akan menjadi Pelatih di Bandung, Erisk kembali ke Bogor dan Ridha tetap menjadi atlet untuk mengikuti seleksi PON selanjutnya.***