SIDAMULIH – Pandemi Covid-19 berdampak terhadap berbagai bidang usaha. Salah satunya adalah pabrik pembuatan nata de coco di Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, yang pendapatannya makin merosot.
Usaha ini sedang mengalami kendala dalam pemasaran, sehingga produk yang terjual tak sampai dari 50 persen dari biasanya.
Saat kondisi normal, pabrik rumahan ini mampu mengolah hingga 30 jerigen atau 900 liter air kelapa yang menghasilkan 1500 sampai 2000 lembar atau 2000 nampan dengan omzet Rp 2.25 juta sampai Rp 3.3 juta per hari. Namun sekarang setengahnya pun tidak.
Pemilik usaha rumahan nata de coco, Ujang (52) mengatakan, dirinya mulai menggeluti nata de coco ini dari tahun 2010 sampai sekarang. Kurang lebih sekitar 11 tahun.
“Di masa pandemi, selain produksinya berkurang, para pekerjanya pun terpaksa kami kurangi. Jika kondisi normal pekerja ada 9 orang, namun sekarang hanya 6 orang yang dipekerjakan,” ucapnya saat di temui di rumahnya Rabu (27/01/2021).
Sebelum Pandemi, kata dia, biasanya mampu mempu produksi 1500 hingga 2000 ribu lembar, tapi sekarang setengahnya pun tidak. Bahkan ini juga hanya sisa kemarin yang sudah tidak produksi lagi, karena pengiriman dibatasi.
“Biasanya kami kirim ke Cilacap dan Cianjur. Terkadang sampai keteteran memenuhi pemesanan. Untuk produksi pun tidak ada istilah libur atau stop, hanya di atur bagi para pekerja saja secara bergantian,” jelasnya.
Saat ini, tutur Dia, kadang 2 sampai 3 hari libur total tidak ada produksi karena pemasaran juga keuangannya tidak lancar.
“Dan untuk pembayaran yang biasanya uang duluan, sekarang malah ke balik,” keluhnya.
Menurut Ujang, untuk ketersediaan bahan baku air kelapa, tidak sulit, di karenakan di Wilayah Kabupaten Pangandaran mayoritas produksi kelapa. Dan biasanya. kami beli dalam per Jeligennya yang berisikan 30 Liter saya beli 10 ribu rupiah.
“Air kelapa tersebut kadang kita dapatkan dari PT. Peccu juga pengusaha kopra lainnya,” kata Ujang.
Di berharap Pandemi Corona ini segera berakhir bisa normal kembali. “Bukan hanya saya saja mungkin pengusaha kecil lainnya pun merasakan kondisi yang sama seperti saya,” pungkas Ujang. (Eris Riswana/SP)