FLEXING di media sosial menjadi perilaku yang paling banyak disorot oleh warga net. Memperlihatkan barang-barang mewah, seperti rumah, tas, pakaian hingga liburan ke luar negeri kerap kali melambari lini masa seseorang. Namun, bukan hanya harta yang dapat dipamerkan, perilaku pamer ini termasuk pada memperlihatkan pencapaian yang telah digapai atau lingkaran pertemanan.
Perilaku flexing di media sosial sudah ada sejak lama. Terlebih lagi pada lingkungan pertemanan seseorang yang kerap memamerkan gaya hidupnya. Melansir dari laman Hypebeast, flexing di media sosial adalah tanda perilaku kurangnya percaya diri seorang individu.
Baca Juga:
Flexing Versus Humblebragging, Dua Cara Unjuk Gigi Serupa Tapi Tak Sama

Menurut psaikolog Kasandra Putranto yang dimuat pada Hybeabis.id, flexing adalah perilaku pamer yang merupakan awalan dari bentuk self-promotion. Dengan pamer, seseorang memiliki tujuan, yaitu untuk mendapatkan atensi dari lingkungannya, seperti teman atau keluarga agar bisa memperhatikan gaya hidup dari orang tersebut.
Kasandra menambahkan kalau flexing seolah menjadi kebutuhan untuk eksistensi diri. Terlebih dengan munculnya banyak platform media sosial. Salah satu media sosial yang kerap digunakan untuk melakukan perilaku pamer, yaitu Instagram.
Anak muda zaman sekarang biasanya memasang status di laman Story Instagram pribadinya yang menampilkan kemewahan. Lalu aneka foto yang bertujuan menarik perhatian pengikutnya. Perilaku konsumtif menjadi ajang untuk flexing.
Seseorang yang kerap flexing cenderung memiliki harga diri yang rendah. Karena dia merasa sangat bergantung dengan orang lain. Selain itu, harga diri seseorang tersebut juga merasa sangat ditentukan oleh pandangan yang baik dari orang lain kepadanya.
Baca Juga:
Flexing Otot Tanpa Terlihat Disengaja

“Perilaku flexing yang berlebihan berkaitan erat dengan masalah insecurity atau harga diri yang rendah yang dirasakan oleh orang tersebut,” kata Kasandra
Fenomena perilaku pamer seperti ini yang kemudia menjadikan seseorang yang kerap melakukan flexing di media sosial sangat haus pengakuan dari lingkungannya.
Mereka yang kerap pamer selalu ingin merasa dipandang lebih tinggi dan tidak suka diremehkan apalagi dibandingkan. Padahal, harga diri setiap individu tidak bisa seluruhnya menjadi standar kehidupan orang lain dan akan memiliki penilaian yang berbeda, baik ataupun buruk. (mro)
Baca Juga:
Flexing Pacar di Media Sosial, Tanda Lebih Bahagia?