Suzzanna: Malam Jumat Kliwon Review

Pada dasarnya, semua orang memiliki impian yang ingin digapai selama menjalani hidup. Terlepas dari segala rintangan yang muncul seiring waktu, impian tersebut bisa jadi semakin kuat walau nantinya akan ada saja hal yang harus dikorbankan. Mudahnya, itu yang ingin diusung pada ‘Suzzanna: Malam Jumat Kliwon’ yang mengudara di bioskop mulai 3 Agustus ini.

‘Suzzanna: Malam Jumat Kliwon’ merupakan film horor terbaru produksi Soraya Intercine Films yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto, membawa Luna Maya sebagai Suzzanna dengan beberapa aktor-aktris lain seperti Achmad Megantara, Taskya Namya, Tyo Pakusadewo, Sally Marcellina dan lain sebagainya.

Tidak membawa kisah lanjutan dari ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’ 2018 lalu, film ini tampil dengan kisah antara Suzzanna dan Surya yang berencana menikah namun akhirnya terpisah karena utang yang melilit ayah Suzzanna dan memaksanya untuk menjadi istri kedua dari Raden Aryo. Beberapa waktu berselang, Suzzanna yang akan melahirkan bayi dari Raden Aryo mati karena ilmu hitam dan kembali hidup untuk menuntut balas atas kematian serta ingin menyelamatkan anaknya dari tangan Raden Aryo.

Baca juga:  Secret Invasion Episode 5 Review: Harvest

Suzzanna: Malam Jumat Kliwon Review

Dalam narasinya, ‘Suzzanna: Malam Jumat Kliwon’ direpresentasikan dalam alur linear yang cenderung maju, dengan beberapa momen mengandalkan flashback sebagai eksposisi dari bibit cerita di dalamnya. Layaknya ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’, film terbaru yang menjadikan Suzzanna sebagai karakter utama ini mencoba untuk lebih humanis pada sosok hantu tersebut, memberikan nuansa dramatis melalui segala teror yang ia lancarkan pada sekitarnya.

Sebagai film horor, ‘Suzzanna: Malam Jumat Kliwon’ menampilkan ribuan cara untuk berusaha menebar ketakutan pada penontonnya. Namun, penampilan yang harusnya mengerikan dari sosok Suzzanna sebagian besar didominasi dengan efek kejut yang akhirnya mengundang tawa, karena karakter titular tersebut telah diposisikan sebagai protagonis yang memiliki tujuan besar bak manusia. Hal ini membuat momen komedinya terasa lebih mendominasi, dengan adegan-adegan penuh kengeriannya seakan hanya bersinar mendekati penghujung film.

Suzzanna: Malam Jumat Kliwon Review

Seperti ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’, ‘Suzzanna: Malam Jumat Kliwon’ membawa kembali Luna Maya sebagai karakter titular, dengan Achmad Megantara sebagai love interest-nya yang menggantikan Herjunot Ali pada film sebelumnya. Keduanya tampak dihadirkan dengan screen time paling banyak, memberikan sajian penuh drama antar keduanya. Tak hanya itu, kemunculan Tyo Pakusadewo, Sally Marcellina dan Baron Hermanto sebagai kubu antagonis juga cukup memikat dan believable.

Baca juga:  Review Meg 2: The Trench

Berbeda dengan film sebelumnya, ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’ terasa downgrade dari segi teknisnya. Hal paling kentara adalah color tone yang kekuningan dan terasa sangat saturated pada beberapa adegan inti, walaupun sepertinya hal ini tampak ingin menyesuaikan latar 80an pada filmnya.

Tak hanya itu, set design dengan tahun tersebut cukup mampu dibawakan dengan baik, meski memang representasi beberapa karakternya terasa sangat out of place yang terlihat pada munculnya karakter dengan logat Betawi padahal latarnya berada di Jawa Timur hanya untuk memenuhi asupan komedi di dalamnya. Setidaknya, usungan sinematografi yang tampak steady serta scoring yang kolosal ala horor tahun 80an membuatnya lebih dramatis hingga akhir durasi film.

‘Suzzanna: Malam Jumat Kliwon’ adalah salah satu usaha untuk membawa kembali horor legendaris Indonesia untuk penonton masa kini dan mencoba untuk mengangkat sisi dramatis demi menggait basis penonton baru. Akan tetapi, segi teknisnya yang tampil kurang baik serta momen dramatis yang lebih mendominasi ketimbang horornya membuat film ini tampak tumpul dalam penampilannya.

Baca juga:  Review Singkat, Harga dan Berbagai Fitur Mitsubishi XFORCE yang Meluncur Perdana di GIIAS 2023