PANGANDARAN – Dr. Adi Mulya, dokter spesialis bedah umum di RSUD Pandega Pangandaran memberikan penjelasan melalui kegiatan Ngobatan (ngobrol santai seputar kesehatan) tentang Cegah kanker payudara dengan SADARI, Kamis (6/2/2025)
Kegiatan ini digelar mengingat baru saja diperingati Hari Kanker Sedunia. Ia menyebutkan bahwa kanker payudara merupakan salah satu kasus yang ditangani oleh dokter bedah, khususnya dirinya.
Dr. Adi Mulya menjelaskan bahwa kanker payudara tidak hanya menyerang wanita, tetapi juga pria, meskipun persentasenya lebih kecil pada pria. Ia menekankan bahwa kanker payudara merupakan kasus tertinggi di dunia, dengan peningkatan kasus yang signifikan setiap tahunnya, terutama dalam jangka waktu tiga tahun.
“Di negara-negara Asia, kanker payudara sering menyerang wanita di bawah usia 40 tahun. Hal ini dikaitkan dengan faktor makanan, khususnya penggunaan bumbu masak yang berlebih di negara-negara Asia,” tuturnya.
Dr. Adi Mulya menjelaskan bahwa kanker payudara merupakan kanker nomor satu pada wanita di Indonesia, berdasarkan data tahun 2009 dan 2010 yang telah tersaring. Persentasenya sangat tinggi, di atas 30%. Kesulitan deteksi dini menjadi faktor utama tingginya angka ini. Hal ini disebabkan karena rasa malu yang dialami wanita karena penyakit ini menyerang organ vital, sehingga mereka cenderung menutupi keluhan hingga benjolan di payudara sudah membesar sebelum mencari pertolongan medis.
“Biasanya, ketika pasien datang ke poliklinik bedah, benjolan sudah dalam kondisi besar karena mereka baru mencari bantuan setelah keluhan sudah cukup signifikan,” tutur Dia.
Lebih lanjut Dr. Adi Mulya menjelaskan beberapa alasan mengapa pasien datang terlambat untuk berobat. Pasien seringkali menunggu hingga merasakan nyeri yang menjalar ke punggung dan tangan baru mau periksa karena sebelumnya tidak merasakan keluhan.
Faktor lain adalah rasa malu karena benjolan tersebut menyerang organ vital, kurangnya biaya, dan kurangnya pengetahuan. Selain itu, pasien mungkin malu untuk bercerita kepada keluarga, belum mengetahui potensi bahaya benjolan tersebut yang bisa menjadi keganasan, atau lebih memilih berobat ke bidan atau dukun/orang pintar daripada dokter bedah, meskipun sudah disarankan oleh bidan untuk berkonsultasi dengan dokter bedah.
Dr. Adi Mulya menceritakan pengalamannya menangani pasien yang awalnya telah mencoba pengobatan alternatif dari orang pintar. Ia menggambarkan kondisi pasien yang sudah dalam keadaan parah, bahkan dengan efek samping seperti payudara yang bonyok akibat ramuan yang digunakan, sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit.
Dr. Adi Mulya mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan pasien lebih memilih pengobatan alternatif, yaitu kurangnya pengetahuan tentang penyakit, rasa takut akan birokrasi dan keramaian di rumah sakit, serta informasi yang kurang memadai tentang penyakit mereka. Oleh karena itu, edukasi kesehatan sangat penting.
Menurutnya kanker payudara tidak hanya terjadi pada orang tua, tetapi juga bisa terjadi pada wanita usia muda, bahkan usia 20 dan 30 tahun. Dia menekankan bahwa faktor utama penyebabnya adalah kebiasaan makan, khususnya mengkonsumsi bakso setiap hari, berdasarkan pengamatan di tiga rumah sakit.
Dr. Adi Mulya menyoroti tingginya kejadian ini pada usia 18-25 tahun, dikaitkan dengan kebiasaan mengkonsumsi bakso setiap hari, yang dianggap sulit dicegah.
Dr. Adi Mulya membahas dampak jangka panjang dari pola makan tidak sehat terhadap kesehatan, khususnya terkait kanker payudara. Meskipun benjolan kecil mungkin masih jinak, benjolan yang besar dan keras dengan permukaan tidak rata mengindikasikan kemungkinan kanker ganas yang mungkin memerlukan pengangkatan seluruh payudara.
Dirinya menekankan pentingnya deteksi dini karena keterlambatan diagnosis sering disebabkan oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dr. Adi Mulya mengungkapkan perbedaan antara tumor jinak dan ganas, mencatat bahwa benjolan keras dan permukaan tidak rata pada payudara merupakan indikasi yang perlu diwaspadai.
Dr. Adi Mulya juga menjelaskan ciri-ciri kanker payudara berdasarkan pengamatan foto. Ia menyebutkan beberapa gejala, antara lain: payudara yang terasa keras dan lengket seperti batu, pembesaran payudara tidak merata, adanya benjolan, kulit payudara seperti kulit jeruk dengan kemerahan, puting tertarik ke dalam, dan keluarnya cairan kemerahan atau kehitaman seperti darah dari puting.***