Diabetes melitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis pada dasarnya adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.
Pada stadium ringan, diabetes biasanya tidak menunjukkan gejala. Oleh karena itu, seringkali seseorang tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit ini. Pada fase yang lebih berat, penderita diabetes akan mengalami gejala seperti sering buang air kecil, haus terus menerus, penurunan berat badan dan kelelahan yang ekstrim.
Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat memicu komplikasi berikut ini.
1. Kebutaan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setelah sekitar 15 tahun menderita diabetes, sekitar 2% penderita diabetes menjadi buta, sedangkan 10% lainnya menderita gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan akibat glaukoma dan katarak lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
2. Gangguan ginjal
Frekuensi gangguan ginjal pada penderita diabetes bervariasi dari satu orang ke orang lain. Ini juga tergantung pada durasi dan tingkat keparahan diabetes. Beberapa langkah untuk menunda perkembangan gangguan ginjal pada penderita diabetes adalah mencegah hiperglikemia (kadar gula sangat tinggi), mengontrol tekanan darah dan membatasi konsumsi makanan kaya protein.
3. Penyakit jantung
Pengumuman. Gesek ke bawah untuk melanjutkan
Sekitar 75% kematian di antara penderita diabetes di negara maju disebabkan oleh serangan jantung. Faktor risiko penyakit jantung pada penderita diabetes biasanya berhubungan dengan merokok, hipertensi, kadar kolesterol tinggi dan obesitas (obesitas).
4. Gangguan saraf
Gangguan ini merupakan komplikasi diabetes yang paling umum. Banyak penelitian menunjukkan bahwa 50% penderita diabetes menderita gangguan ini. Komplikasi ini terkait erat dengan derajat dan durasi hiperglikemia. Komplikasi yang terjadi dapat berkisar dari mati rasa hingga kelumpuhan. Selain itu, terutama bagi pria, komplikasi impotensi juga bisa terjadi.
5. luka baring
Borok atau koreng adalah komplikasi lain yang bisa dialami oleh penderita diabetes, terutama di kalangan masyarakat awam. Bisul atau koreng ini biasanya membutuhkan amputasi pada akhirnya. Perawatan kaki yang hati-hati adalah cara terbaik untuk mencegah komplikasi ini.
Anak-anak
berdasarkan data Federasi Diabetes Internasional (IDF), dikutip kompas.com, Indonesia saat ini berstatus waspada diabetes karena menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak.
Prevalensi penderita diabetes di Indonesia mencapai 6,2 persen. ini berarti ada lebih dari 10,8 juta orang yang menderita diabetes setiap tahun pada tahun 2020.
Hingga saat ini, mayoritas adalah penderita diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 biasanya berkaitan dengan faktor genetik yang dipengaruhi oleh faktor risiko seperti pola makan, kurang aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, hipertensi dan hiperkolesterolemia.
Ada kecenderungan sekarang bahwa diabetes tipe 2 mulai menyerang orang yang lebih muda. Dulu diabetes tipe 2 dikaitkan dengan usia tua, sekarang banyak anak yang mulai terkena diabetes tipe 2.
Gaya hidup yang tidak sehat dan tidak seimbang disebut-sebut sebagai pemicu utama peningkatan jumlah penderita diabetes di kalangan anak-anak.
Jadi salah siapa itu?
Bisa jadi orang tua yang harus disalahkan jika semakin banyak anak Indonesia yang menderita diabetes tipe 2. Orang tua sekarang terkesan terlalu memanjakan anaknya. Padahal, kegemaran ini justru mendorong anak-anak Anda untuk menerapkan gaya hidup yang tidak sehat.
Misalnya, banyak orang tua saat ini mengantarkan anaknya ke sekolah setiap hari. Ketika anak-anak tumbuh sedikit lebih besar, orang tua membelikan kendaraan bermotor untuk anak-anak mereka pergi ke sekolah. Akibatnya, anak kurang bergerak.
Di sisi lain, daripada mengajak anaknya jalan-jalan dan aktivitas fisik di alam, banyak orang tua yang lebih memilih untuk rutin mengajak anaknya ke mall dan makan fast food.
Semua ini cukup berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan risiko diabetes tipe 2 pada anak. lokasi foodnavigator.com menulis, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji berperan besar dalam peningkatan jumlah penderita diabetes tipe 2 di kalangan anak-anak.
Adapun kaitan antara makanan cepat saji dan diabetes tipe 2, hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis lancet menyimpulkan bahwa konsumsi fast food yang berlebihan meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2.
Untuk menghindari serangan diabetes pada anak, berikut langkah-langkah yang harus diperhatikan orang tua.
Pertama, ajari anak makan dan minum yang sehat. Beri mereka banyak buah dan sayuran segar. Biasakan ia untuk meminum air mineral sebagai pengganti soft drink dan ajari ia untuk menghindari makanan dengan kandungan lemak yang tinggi.
Kedua, batasi kunjungan ke restoran cepat saji. Makanan cepat saji banyak mengandung garam, lemak dan pengawet, sedangkan minuman banyak mengandung gula, soda dan kafein. Lebih baik membiasakan anak makan makanan buatan sendiri.
Ketiga, dorong anak untuk lebih aktif secara fisik. Mintalah mereka untuk berjalan kaki atau mengendarai sepeda ke sekolah.
Keempat, lakukan pemeriksaan kesehatan anak secara rutin. Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda kelebihan berat badan, segera temui dokter.
Kelima, selalu ajak anak melakukan aktivitas di luar ruangan. Pergi ke daerah pegunungan, jeram, hutan lindung, kebun raya, danau, perkebunan teh, dan sawah akan jauh lebih sehat daripada mengunjungi pusat perbelanjaan di tengah kota yang tercemar.
Keenam, jadilah panutan bagi mereka. Anak-anak akan meniru orang tuanya. Jika orang tua menjalani gaya hidup yang tidak sehat, kemungkinan besar anak-anak akan melakukan hal yang sama. ***