MerahPutih.com – Kasus anthrax yang saat ini mewabah di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta dinilai menjadi bukti bahwa masyarakat belum sepenuhnya memahami sifat dari penyakit menular ini.
“Saya kira kejadian di Gunungkidul menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat belum teredukasi dengan baik tentang penyakit menular ini,” kata Rahmad Handoyo, anggota Komisi IX DPR RI di Jakarta, Sabtu (8/7).
Dijelaskan Handoyo, masyarakat selalu mendengar tentang penyakit bernama anthrax namun tidak begitu paham bagaimana cara penularannya.
Baca juga:
Berbatasan langsung dengan Gunungkidul, Wonogiri masih terbuka untuk pasar ternak
Oleh karena itu, lanjut anggota DPR PDI Perjuangan (PDIP), peristiwa Gunungkidul harus dijadikan sebagai dorongan untuk kembali menyosialisasikan bahaya antraks kepada masyarakat.
“Masyarakat harus diedukasi secara masif bagaimana mencegah munculnya penyakit anthrax. Masyarakat harus mengetahui bagaimana proses penularannya dan bagaimana penanganannya jika sudah tertular”, imbuhnya.
Handoyo mengatakan, masyarakat harus mengetahui dan memahami bahwa spora antraks – yang menularkan penyakit berbahaya ini – dapat hidup puluhan tahun di dalam tanah. Spora ini dapat menyebar ke hewan ternak seperti sapi, kambing, domba atau hewan herbivora lainnya.
“Antraks bisa menyerang kapan saja. Lebih lanjut dikatakan bahwa spora anthrax dapat hidup hingga puluhan tahun. Tapi tentu antraks bisa dicegah, caranya dengan pola hidup sehat, konsumsi makanan yang dimasak dengan baik,” ujarnya.
Baca juga:
Kemenkes mengungkap kronologis kasus antraks di Gunungkidul
Masyarakat, kata Handoyo, juga harus diajari cara membakar bangkai sapi yang sakit atau menguburnya dalam-dalam agar tidak muncul ke permukaan.
“Ingat, spora antraks bisa hidup puluhan bahkan ratusan tahun. Spora tersebut dapat menginfeksi hewan dan hewan yang sakit dapat menginfeksi manusia,” ujarnya.
Berkaca pada kasus di Gunungkidul, Handoyo mengatakan yang terpenting adalah larangan memakan bangkai hewan yang sakit.
“Harus ada larangan tegas, agar warga tidak memakan bangkai hewan yang sakit. Kami tidak tahu apakah hewan yang sakit itu antraks, rabies atau penyakit kuku. Kalau sakit, bakar atau kubur saja,” katanya. (Lb)
Baca juga:
1 warga Gunungkidul meninggal karena antraks