PANGANDARAN – Kebanyakan orang saat lanjut usia (lansia), identik dengan hilangnya masa produktif. Namun berbeda dengan Saryuni. Saat usia menginjak 94 tahun, dia terlihat masih bugar beraktivitas.
Saryuni warga Dusun Sukamaju RT 5/11 Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, masih menekuni pekerjaannya sebagai pengrajin anyaman berbahan baku bambu.
Dia menuturkan, saat muda selain menekuni kerajinan anyaman bambu dirinya memiliki aktivitas lainnya, seperti ke sawah atau ke kebun.
“Menjadi seorang pengrajin bambu itu hanya sekedar untuk tambahan kebutuhan atau mengisi waktu luang,” ungkapnya.
Namun, sejak istrinya meninggal sepuluh tahun yang lalu, Saryuni fokus menjadi seorang pengrajin anyaman bambu.
Kurangnya pendengaran akibat sudah lanjut usia, menjadi salah satu faktor memilih pekerjaan tersebut untuk tetap bisa produktif.
Produk anyaman bambu yang dibuat kebanyakan berupa kebutuhan rumah tangga seperti kipas, boboko, nyiru, ayakan, tolombong, tampir, wide, topi penutup kepala dan lainnya.
Menurut Saryuni, hasil anyamannya biasa dijual kepada tetangga sekitar rumahnya. Kadang juga ada pengepul yang pesan dengan harga variatif.
“Saya tidak bisa mengatakan harganya satu per satu. Kalau mau beli sepunyanya saja,” kata Saryuni, saat ditemui Seputar Pangandaran di rumahnya, Senin (8/3/2021).
Tapi kebanyakan pembeli, kata Saryuni, sudah pada tahu harga dari masing-masing anyaman yang dibuatnya.
“Seperti kipas angin, warga membelinya Rp 5000, namun ada juga yang ngasih Rp3000,” ucapnya.
Untuk bahan baku, karena dirinya sudah tua, sering disediakan oleh salah satu cucunya.
“Untuk keperluan bahan baku bambu, cucu saya yang mengambilkan. Biasanya setelah selesai menyadap nira kelapa,” kata Saryuni.
Ia menambahkan, kalau dilihat dari hasil penjualan mungkin tidak seberapa, namun dirinya bangga masih bisa berpenghasilan. (Eris Riswana)