JAKARTA – Kontroversi renovasi Stadion Internasional Jakarta (JIS) terus berlanjut. Rencana pemerintah melalui Kementerian PUPR memperbaharui rumput JIS yang menelan biaya hingga Rp6 miliar dinilai berlebihan. Rencana ini juga dinilai sebagai bagian dari rencana politisasi ketimbang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17.
Juru Bicara Anies Baswedan Surya Tjandra mengatakan, pemeriksaan pemerintah terhadap JIS dinilai berlebihan. Apalagi ketika hasil pemeriksaan hanya fokus pada rencana perbaikan rumput stadion, yang juga digunakan oleh banyak stadion internasional lainnya.
“Tiba-tiba ada yang jadi ahli rumput hanya untuk menunjukkan kekurangan JIS. Jelas ini hanya untuk mempolitisasi calon presiden Anies Baswedan,” kata Surya dalam keterangan tertulis, Rabu pagi (7/5).
Mantan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang ini juga menyoroti sikap kedua menteri yang langsung mengajak kontraktor rumput untuk mengawasi rumput JIS. Kalaupun FIFA yang harus menilai cocok atau tidak. Bahkan, dianggap tidak etis ketika seseorang yang memiliki kepentingan bisnis diminta untuk memberikan ulasan.
“Yang jelas dia punya kepentingan komersial. Jadi hasil penilaiannya bisa dipercaya? Dia bertanya.
Hal lain yang juga dianggap janggal adalah ketika proses evaluasi belum selesai, apalagi tender, Menteri PUPR sudah menyewa kontraktor. Seolah-olah dia telah ditugaskan untuk melakukan makeover rumput. “Bahkan, setelah satu kunjungan saja, sebuah proyek senilai Rp. 6 miliar tiba-tiba dirilis. Apakah Anda ingin memperbaiki JIS atau Anda mencari proyek rumput? dia menambahkan.
Mantan mahasiswa Universitas Leiden, di Belanda, itu juga mendapat kabar bahwa PT Jakarta Propertindo (JakPro) juga tidak diundang untuk melakukan inspeksi, namun kunjungan tersebut diasumsikan langsung oleh pemerintah pusat. Maka langsung menggandeng PT Karya Rama Prima.
“Jadi niatnya kayak mau banget bikin drama, bukan riset teknis. Sementara PT KRP utamanya membangun lapangan golf, lihat saja semua proyek lapangan golfnya. Lapangan bola yang terkenal itu Gelora Bung Karno saja jadi bingung kenapa GBK ya?” ucapnya lagi.
JIS sendiri, lanjut Surya, dibangun seluruhnya dengan tenaga kerja nasional dibantu konsultan Buro Happold, yang juga membangun Stadion Tottenham Hotspurs, di Inggris. Oleh karena itu, desainnya tentu mengikuti standar dan pedoman stadion FIFA, yang juga digunakan di Stadion Tottenham Hotspurs.
Jika alasannya parkir, pedoman stadion FIFA tidak menyebutkan jumlah minimal parkir yang harus disediakan. Panduan umum adalah tentang penggunaan angkutan umum dan pembagian modal.
“JIS sendiri saat ini memiliki 1.200 tempat parkir yang diprioritaskan untuk Tim, Penonton Difabel, VVIP dan Undangan Khusus. JIS juga didukung oleh kantong-kantong parkir yang ada di sekitarnya seperti RS Sulianto Saroso, Kemayoran dan Ancol,” ujarnya.
Pemerintah, lanjutnya, perlu segera menghentikan politisasi JIS. Hal ini tidak hanya bertentangan dengan akal sehat, tetapi juga berpotensi menghambur-hamburkan keuangan negara. Bukan hanya karena keinginan kekuasaan yang berlebihan, kita telah menghancurkan demokrasi dan, terlebih lagi, kita telah mendiskreditkan karya anak bangsa sendiri.