Indeks

Reformasi Birokrasi Hanya Sebatas Reformasi Dokumen

Merah Putih. dengan – Membangun daerah dan kebijakannya tidak cukup hanya didukung oleh data. Analytics merupakan salah satu skill penting yang harus ditingkatkan di era revolusi industri 4.0.

“Sampai saat ini kita sering bekerja dengan otak kiri. Otak kanan jarang kita gunakan, padahal harus ada keseimbangan. Otak kanan membuat strategi kita lebih matang dan komprehensif,” ujar Sekda. dari Provinsi Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja.

Baca juga:

Sri Mulyani Tanggapi Instruksi Jokowi agar Kementerian Memerintahkan Aparatur di Bawah Ini

Menurutnya, dalam membuat kebijakan, pemerintah lebih sering menggunakan otak kiri. Sehingga ketika berhadapan dengan hal lain yang membutuhkan kerja otak kanan, menjadi lebih kaku dan sulit.

“Dengan dinamika zaman ini, yang menjaga diri dan yang menjaga sudah menjadi generasi yang berbeda”, ujarnya.

Mereka yang saat ini memiliki polis didominasi oleh Generasi X. Sedangkan yang dikelola oleh pemegang polis didominasi oleh Generasi Y dan Z.

“Ketika mereka lahir, semua teknologi ini sudah ada. Sedangkan generasi kita, baby boomers dan Gen Xers perlu memahami hal ini,” ujarnya.

Setiawan mengatakan ada 10 skill yang harus kita asah untuk menghadapi era revolusi. Ini termasuk pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran kritis, kreativitas, manajemen orang, koordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, orientasi layanan, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif.

Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan Generasi Y dan Z harus dipandu dengan interaksi yang lebih kreatif, bukan lebih terstruktur.

“Sistem birokrasi perlu direformasi untuk rezim kerja yang dinamis. Kita bisa bekerja dari mana saja, tapi kinerjanya tetap terpantau oleh aplikasi”, ujar Ema.

Melalui aplikasi ini, Anda dapat melihat masalah apa saja yang harus diselesaikan oleh setiap OPD sehari-hari. Hanya dengan memasukkan kata kunci ke dalam aplikasi, kecerdasan buatan (AI) dapat menjelaskan masalahnya.

“Menajamkan analisis dan kreativitas. Itu di otak kanan. Jadi kalau hanya mengasah otak kiri saja, akan sulit bertahan di tengah fluks teknologi AI,” ujarnya.

Deputi Bidang Perumusan Kebijakan Akuntabilitas dan Pengawasan Aparatur di PANRB, jelas Kamaruddin, reformasi birokrasi saat ini belum berdampak signifikan bagi masyarakat.

Kecepatan reformasi birokrasi antar kabupaten/kota tidak sama satu sama lain.

“Dampak pengentasan kemiskinan, stunting dan penyerapan tenaga kerja belum terlihat. Masih bersifat administratif. Hanya mendokumentasikan reformasi. Tidak terlalu memperhatikan substansinya,” jelas Kamaruddin.

Jadi, menurutnya perlu ada kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Bahkan dengan organisasi perangkat daerah (OPD) pun harus ada sinergi antara keduanya dalam eksekusi kebijakan yang ada.

“Kolaborasi kita masih kurang bagus. Kebijakan reformasi birokrasi kita harus kita perbaiki dengan membangun tata kelola pemerintahan yang dinamis. Birokrasi menjadi lebih efektif, efisien dan bersih, dengan karakteristik agile dan adaptif agar setara dengan birokrasi kelas dunia”, ujarnya menambahkan . (Imanha/Jawa Barat)

Baca juga:

Jokowi mengingatkan para pejabat untuk tidak pamer kekayaan dan kekuasaan



Source link

Exit mobile version