Pangandaran – Permainan anak tradisional di Pangandaran makin langka dimainkan, seiring perkembangan zaman.
Permainan yang didukung teknologi tinggi begitu masif menggusur permainan seperti Bakiak Batok, Egrang, Gatrik, Sapintrong dan lainnya.
Beragam permainan anak produk luar menyerbu tanpa ampun. Tidak heran apabila anak-anak saat ini tak mengenal permainan tradisional yang ada di Tanah Airnya sendiri.
Berikut ini beberapa diantaranya permainan anak tradisional yang sudah mulai ditinggalkan bahkan hilang.
1. Bakiak batok
Batok kepala kering menjadi media utama pada permainan anak ini, pembuatan alat peraga ini cukup mudah, batok kelapa yang sudah tua dibelah menjadi dua bagian, kemudian bagian tengah diberi lubang dan dikaitkan pada seutas tali.
Cara memainkan bakiak batok sangat sederhana, alat peraga dikaitkan pada jempol kaki layaknya memakai sandal jepit. Kemudian kedua tangan memegang tali seirama menariknya ketika kaki melangkah.
Meski sederhana, dalam memainkan bakiak batok diperlukan keseimbangan tubuh, selain itu dibutuhkan kekompakan gerak tangan dan kaki untuk bisa berjalan dengan sempurna. Permainan tradisional bakiak batok biasanya dimainkan dengan menggunakan rintangan.
2. Egrang
Egrang umumnya terbuat dari bambu atau kayu yang sudah dibentuk, beberapa sisi kayu dihubungan sehingga membentuk seperti tangga dengan satu pondasi. Untuk membuat alat peraga ini sebaiknya menggunakan kayu yang tidak rapuh, apalagi jika ditunggangi seseorang bertubuh berat.
Egrang ini merupakan permainan yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan permainan ini mendapat pengaruh dari budaya China.
Kosakata Egrang itu sendiri berasal dari Bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang.
Permainan Egrang ini sebenarnya cukup unik dan cukup menguras tenaga. Karena pemain harus terampil dalam menjaga keseimbangan tubuh dan berjalan dengan stabil di atas tongkat kayu panjang.
Baca juga: Nostalgia Berburu Buah Harendong dan Cecenet di Pangandaran
3. Gatrik
Gatrik pada masanya pernah menjadi permainan yang populer di Indonesia.
Merupakan permainan kelompok, karena yang bermain terdiri dari dua kelompok.
Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai tongkat berukuran kira kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil.
Sebelum bermain gatrik, kumpulkan teman-teman setidaknya 6 sampai 8 anak. Jumlah ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Jika jumlahnya ada 8 anak, berarti masing-masing kelompok beranggotakan 4 anak.
Untuk bermain gatrik, dibutuhkan tempat yang lapang supaya dalam bermain gatrik lebih leluasa.
Coba bayangkan, bilah bambu itu terbang ketika lawan bermainmu melemparnya. Padahal, kamu harus berlarian menangkap bilah bambu tersebut, belum lagi jumlah pemain yang cukup banyak.
Jadi, tempat yang lapang adalah tempat paling cocok untuk bermain permainan tradisional ini.
Aturan bermain gatrik sangat mudah dan sederhana. Dua kelompok masing-masing memiliki tugas.
Kelompok 1 bertugas melempar bambu, sedangkan kelompok yang lain bertugas menangkap bambu. Jika bambu berhasil ditangkap oleh lawan main, itu artinya pemain bisa bertukar posisi.
Nah, menang atau kalah dalam permainan gatrik, ditentukan dengan jumlah poin. Bagi kelompok yang memiliki banyak poin, itulah yang menang.
4. Sapintrong
Dikalangan anak-anak perempuan permainan sapintrong merupakan permainan yang sangat digemari.
Selain dibutuhkan stratedi maupun kekuatan fisik, para pemain pun dituntut untuk berlaku jujur dan sportif.
Permainan diwali dengan menentukan dua orang yang harus menjaga kedua ujung tali atau karet.
Setelah ditentukan petugas yang memegang karet dan urutan pemain, permaianan pun dilakukan dengan diawali lompatan biasa.
Setelah semua pemain mendapat giliran, sistim atau aturan melompat, mulai dari awal memasuki putaran karet hingga cara melompat harus sesuai yang disepakati bersama.
Selain dilakukan seorang diri, lompatan juga dilakukan oleh 2 sampai 3 orang. Biasanya, kesepakatan yang dilakukan antar pemain adalah jumlah lompatan dalam putaran karet yang harus dilakukan setiap pemain.
Selain itu kesepakatan yang dilakukan adalah kecepatan karet yang diputar oleh dua orang pemain. Tidak ada istilah kalah dan menang dalam permainan ini bila dilakukan secara perorangan.
Mereka yang tidak mampu melakukan kesepakatan aturan, dialah yang mendapat tugas memegang ujung karet dan mendapat perintah sesuai kesepakatan para pemain. Permainan ini biasanya dilakukan oleh tidak lebih dari 10 orang.
5. Pecle
Permainan pecle atau yang sering dikenal sebagai permainan engklek merupakan permainan tradisional indonesia yang sangat terkenal dikalangan masyarakat khususnya anak-anak.
Pecle sangat digemari anak perempuan namun tidak menutup kemungkinan bahwa anak laki-laki bisa memainkan permainan ini dan dimainkan oleh tiga atau lebih pemain.
Dalam permainan ini, beberapa kotak yang saling terhubung akan digambar di tanah. Bentuk kotak bisa bermacam-macam. Para pemain diharuskan bergerak dari satu kotak ke kotak lain dengan hanya menggunakan satu kaki.
Permainan ini hanya memerlukan kapur jika itu dimainkan di atas tanah yang sudah di cor atau di aspal kapur ini berfungsi sebagai pemberian garis yang digunakan sebagai petak petak untuk pecle atau engklek.
Sistem permainannya sangat sederhana. Awalnya para pemain mengambbarkan petak-petak pecle atau rumah pencle, kemudian para pemain imat ataupun gacuk imat atau gacuk ini berupa pecahan keramik, genting dari batu yang tipis yang permukaannya melebar.
Keramik dan genting ini digunakan sebagai alat untuk memulai permainan dan mengapa pecahan keramik ataupun genting itu berguna agar supaya tidak keluar dari garis petak yang digambarkan pada saat sebelum dimulainya permainan.
Jika kemarik atau genting itu berbentuk sedikit lebih bulat maka ini akan sangat lebih mudah menggelinding ke luar garis yang menjadi petak-petak garis pecle.
Cara permainan ini pada awalnya keramik atau genting (pecahan) ini terlebih dahulu dilempar kedalam petak yang digambar. apabila pecahan genting atau keramik tersebut melewati garis maka pemain tersebut dianggap kalah dan harus rela berganti dengan pemain lainnya, dan jika pecahan genting atau keramik tersebut ketika dilemparkan berada di dalam petak yang digambarkan maka pemain dapat melanjutkan permainan tersebut.
Petak yang berisikan pecahan keramik atau genting itu peraturannya tidak boleh diinjak dan harus dilompati satu langkah hingga seterusnya.
Ketika ada pemain yang tidak pernah melakukan salah maka pemain tersebut memiliki kesempatan dan banyak sekali petak ataupun arena yang dimenangkan dan layak dijadikan sebagai pemenang.***