MerahPutih.com – Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Justin Adrian meminta Pemprov DKI Jakarta lebih fokus pada pengendalian jumlah kendaraan untuk meningkatkan kualitas angkutan umum, ketimbang menerapkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk mengurangi kemacetan.
Justin mengatakan hal itu karena penerapan AI power selama ini belum terasa mengurangi kemacetan.
Baca juga:
PDIP bilang tidak ada perubahan kemacetan di Jakarta meski dishub menggunakan teknologi AI
“Saya kira tidak ada yang signifikan, mungkin seharusnya ada penelitian lain dan tidak ada pengaruhnya,” kata Justin saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Justin menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bisa fokus mengendalikan jumlah kendaraan bermotor yang saat ini mencapai 26 juta di DKI. Pengendalian dapat dilakukan dengan memberlakukan peraturan khusus untuk mengurangi jumlah kendaraan.
Selain itu, Pemprov DKI juga bisa fokus menindak parkir liar. Menurut Justin, fenomena parkir liar ini menjadi salah satu penyebab utama kemacetan di Ibu Kota.
“Kemudian ada masalah kalau tidak punya garasi, tidak bisa punya mobil. Ini yang diterapkan Pemprov DKI,” ujarnya.
Yang terakhir tentunya tentang peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum. Menurutnya, banyak masyarakat yang mengeluhkan kondisi angkutan umum karena tidak menawarkan keamanan dan kenyamanan.
“Di sisi lain, sarana angkutan umum sudah penuh sesak, tidak nyaman dan mungkin tidak ramah terhadap perempuan dan anak-anak,” katanya.
Justin yakin jika Pemprov DKI Jakarta fokus memperbaiki layanan dan fasilitas angkutan umum, semua warga pasti akan merelakan penggunaan kendaraan pribadi.
Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta menyebut hingga 20 persimpangan menggunakan teknologi AI untuk membantu mengurangi kemacetan.
Baca juga:
Hindari kemacetan panjang, pengunjung PRJ sebaiknya menggunakan angkutan umum
“Jadi ada dua puluh simpang yang sudah menerapkan prinsip AI dengan ‘intelligent transport system’ di ‘traffic light’,” ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo.
Menurut Syafrin, aplikasi kecerdasan buatan sangat berpengaruh dalam memantau dan mengatur waktu di traffic light berdasarkan informasi dari database internal Google.
Selain itu, aplikasi AI juga dapat memperkuat fungsi sistem manajemen lalu lintas (adaptive forces) yang diterapkan dan menghitung volume lalu lintas aktual di persimpangan.
Dengan teknologi tersebut, Dinas Perhubungan DKI dapat mengetahui hubungan antara kapasitas jalan dengan kepadatan lalu lintas di jalan tersebut (vc ratio).
“Jadi ‘traffic light’ bisa ‘melihat’ ujung simpang mana yang macet, sehingga di situlah akan diberikan prioritas lampu hijau lebih banyak,” kata Syafrin.
Jadi, dengan penerapan teknologi AI, Dishub DKI juga akan mengutamakan jalur angkutan umum seperti TransJakarta.
Adapun 20 titik lokasi yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan tersebut antara lain Jalan Jembatan 2 Raya – Jalan Tubagus Angke, Jalan Kyai Tapa – Jalan Daan Mogot (Grogol) dan Jalan S Parman – Jalan Tomang Raya.
Tahun ini, pihaknya akan menambah 40 persimpangan lagi yang akan dipasangi aplikasi AI sebagai upaya mengurangi kemacetan di DKI Jakarta.
Baca juga:
Metro da Polda Antisipasi Kemacetan Saat Libur Panjang Akhir Juni