Menikmati Masa Lalu Lewat Iklan Toyota Kijang, Dulu Kelihatan Mewah Kini Ada yang Jadi Pick up Toko Bangunan

Kijang generasi pertama ini dirilis Juni 1977. Berkonsep basic utility vehicle (BUV) untuk mengikuti kebijakan pemerintah Presiden Soeharto yang ingin Indonesia merakit mobil sendiri. Tidak lagi impor mobil CBU.

Karena tahun itu Soeharto gencar membangun, maka dibuatlah konsep mobil BUV, disebut kendaraan serbaguna sederhana.

Kijang Gen 1 ini juga dikenal dengan nama “Kijang Buaya”, karena kap mesinnya bila diangkat seperti mulut reptil buaya yang terbuka. Generasi 1 pertama ini hanya bertahan sampai 1981.

Iklan Kijang Buaya ini menarik perhatian Darfi Rizkavirwan, pengajar Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Dia meriset dan meneliti soal ini sejak lama.

Menurut Darfi, dari banyaknya iklan Toyota Kijang, iklan Kijang Buaya dengan bintang iklan grup musik Koes Plus lah yang mungkin paling menarik. Sebab agak bertolak belakang dengan konsepnya sebagai kendaraan niaga untuk kebutuhan pengangkutan barang/logistik atau komuter. Dengan memakai Koes Plus secara tidak langsung Toyota Indonesia ingin menyampaikan beberapa pesan, yaitu memperkuat ‘awareness’ mobil kijang sebagai mobil terbaik di kelasnya dibanding kompetitor.

Baca juga:  Berpotensi Lawan Jonatan Christie di All England 2023, Chico Aura Dwi Wardoyo: Main yang Terbaik Saja

Meningkatkan pengaruh yakni Kijang adalah pilihan atau rekomendasi artis top Indonesia saat itu, membangun brand image lebih baik dan tentu mendapatkan dukungan publik terutama para penggemar Koes Plus.

“Jika dicermati lagi, secara tampilan visual terlihat pendekatan persuasi secara emosional dengan menampilkan atraksi Koes Plus memegang alat musik di Kijang yang menyiratkan keseruan dan kebahagiaan layaknya alunan melodi lagu Koes Plus yang enerjik,” ujar Darfi pada Merdeka.com, Kamis (10/8).

Menariknya, lanjut Darfi, untuk mencapai objektivitas dan benefit, pendekatan rasional juga digunakan dalam iklan ini sebagai pendamping Koes Plus. Yakni berupa informasi unique selling proposition Kijang Doyok dibanding kompetitor disertai gambar dan grafis visual. Plus warna pelangi yang pada masa itu, era 1970-an, ada pengaruh budaya pop dan ‘hippies’. Alhasil iklan ini berkesan lebih pop dan cair dengan para audiens iklannya.