Low-Code No-Code, Solusi untuk Bikin Aplikasi Bisnis Tanpa Keahlian Coding

TAK punya keahlian meng-coding bukanlah halangan untuk membuat aplikasi. Ada solusi bernama low-code no-code (LCNC) untuk mereka yang membutuhkan pembuatan aplikasi berbagai keperluan.

Namun, belum banyak orang awam menempuh solusi itu. Kebanyakan pemakainya adalah perusahaan.

Menurut survei Zoho, perusahaan teknologi global, semakin banyak perusahaan menggunakan platform LCNC untuk berbagai tujuan. Tercatat, 4 persen perusahaan menggunakannya untuk mendigitalkan data bisnis, 32 persen mengotomatiskan alur kerja, dan 25 persen mengembangkan aplikasi yang mengutamakan pelanggan.

Platform LCNC menawarkan kemudahan dan keterampilan pemrograman yang lebih rendah untuk memfasilitasi dan mempercepat pertumbuhan bisnis.

Zoho Creator berupaya memperkenalkan solusi itu ke masyarakat melalui pelatihan kepada mahasiswa dan UKM.

Zoho menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam pelatihan tersebut. Pelatihan bertujuan membekali peserta dengan keterampilan yang diperlukan untuk membuat aplikasi bisnis yang andal menggunakan Zoho Creator tanpa keahlian coding yang luas.

Kolaborasi Zoho dan ITS berlandas pada penerapan program YCP (Young Creator Program). ITS merupakan universitas pertama di kawasan Asia Pasifik yang meluncurkan program tersebut.

Baca juga:  ASUS ROG Zephyrus Duo 16, Laptop Gaming untuk Semua

Program ini menjadi kesempatan pertama untuk menghadirkan tren teknologi terkini kepada mahasiswa. “Melalui kolaborasi ini, kami tidak hanya membekali mereka dengan tools yang canggih, tetapi juga memberi mereka pengalaman langsung menggunakan produk kami, Zoho Creator,” kata Handito Aji Saroso, Country Lead Zoho Indonesia.

Handito mengungkapkan, kolaborasi bertujuan memberdayakan generasi inovator digital masa depan dan membentuk lanskap teknologi yang lebih cerah bagi Indonesia dan sekitarnya.

Imam Baihaqi, Dekan Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital ITS, mengatakan bahwa kolaborasi bertujuan memberdayakan mahasiswa dengan alat dan pengetahuan untuk menciptakan aplikasi yang tangguh dan merampingkan proses.

“Semuanya tanpa memerlukan keahlian coding yang luas,” ungkap Imam. Young Creator Program (YCP) Indonesia memanfaatkan Zoho Creator memperkenalkan pendekatan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dan memecahkan masalah bisnis nyata menggunakan pengembangan aplikasi low-code.

Pelatihan Mahasiswa bertema Memberdayakan Generasi Pemimpin Bisnis Masa Depan digelar selama lima hari dan dimulai pada 24 Juli. Pelatihan diikuti oleh 50 mahasiswa S1 Manajemen Bisnis tahun pertama ITS.

Baca juga:  Jarak Waktu yang Baik untuk Mencuci Handuk Mandi

Pelatihan berlangsung selama 16 jam lebih dan terbagi atas beberapa sesi. Selama program pelatihan intensif tersebut, mahasiswa diperkenalkan dengan konsep teknologi low-code. Mereka beroleh pengalaman langsung untuk membangun sebuah solusi untuk kebutuhan manajemen event lengkap di Zoho Creator.

Dengan memanfaatkan buku kerja dan materi presentasi, pelatihan ini mengikuti model kerja bersama, yang memungkinkan mahasiswa memperoleh pemahaman komprehensif terkait beragam fitur dan fungsi Zoho Creator.

Sebagai bagian dari kolaborasi, mahasiswa menerima lisensi untuk Zoho Creator, yang memungkinkan mereka bisa menjelajahi dan bekerja di platform Zoho Creator setelah masa pelatihan usai. Pelatihan ini dilanjutkan dengan Appathon atau kompetisi pembuatan aplikasi yang menarik.

Para mahasiswa berkesempatan memamerkan keterampilan yang baru mereka peroleh dengan mengembangkan aplikasi untuk berbagai kasus penggunaan di platform Zoho Creator.

Setelah mengirimkan ide, para mahasiswa diberi waktu satu bulan untuk membangun dan mempresentasikan aplikasi karya mereka, menumbuhkan semangat inovasi dan kreativitas di antara peserta.

Imam berharap setelah pelatihan ini para mahasiswa dapat mempraktikannya dalam bisnis. “Membekali mahasiswa dengan keterampilan coding sangatlah penting karena dapat memberdayakan mereka untuk beradaptasi dengan cepat dan mendorong transformasi digital dalam pratik-pratik bisnis.

Baca juga:  Bukan Soal Emansipasi, Ini Perjuangan RA Kartini untuk Indonesia

Selain memberdayakan mahasiswa, kerja sama ini juga memberikan manfaat bagi komunitas usaha kecil dan menengah (UKM) yang terkait dengan ITS.

Sesi pengantar melibatkan 70 perempuan pengusaha. Mereka menunjukkan minat besar untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi low code dapat mengubah dan meningkatkan bisnis mereka. Dengan kolaborasi, baik mahasiswa , pelaku UKM dan masyarakat luas dapat lebih siap menghadapi era digitalisasi. Tantangan lanskap teknologi modern dapat mengantarkan era baru dengan inovasi dan lebih efisiensi di dunia bisnis. (dgs)

Source link