Merah Putih. dengan – Jasa catering jemaah haji akan dihentikan selama tiga hari karena kondisi lalu lintas yang sangat padat dan para juru masak juga terkonsentrasi di Armina.
“Pelayanan pangan di Mekkah dihentikan sementara sehari sebelum puncak ibadah haji dan dua hari setelah Armina,” kata Ketua PPIH Arab Saudi 1444 H/2023 M Subhan Cholid.
Baca juga:
Pemerintah mengirimkan 200 kursi roda ke puncak haji
Dijelaskannya, tahun ini PPIH memberikan bakti kepada jemaah selama di Mekkah sebanyak 66 kali berupa sarapan, makan siang, dan makan malam.
Menurut Subhan Cholid, kebijakan penyediaan jasa catering mulai tahun 2015 tidak terlepas dari perubahan politik yang diberlakukan Pemerintah Arab Saudi.
Sejak tahun 2015, makanan menjadi salah satu syarat pelaksanaan ibadah haji elektronik (e-haji), selain akomodasi dan transportasi.
“Dalam kurun waktu tujuh tahun ini, jumlah catering di Mekkah tidak selalu sama setiap musimnya,” ujar Subhan Cholid.
Pada tahun pertama pelayanan sembako di Mekkah pada 2015, Subhan mengatakan jemaah haji Indonesia mendapat 15 sembako yang dibagikan sebagai makan siang.
Layanan ini diberikan sejak kedatangan pertama jemaah haji Indonesia ke Mekkah, namun enam hari sebelum puncak ibadah haji, layanan catering di Mekkah untuk sementara dihentikan dan baru dibuka setelah puncak ibadah haji.
“Dengan demikian, bagi jemaah haji yang datang ke Mekkah sebelum puncak haji, disediakan layanan makanan pada fase pra-Armina dan pasca-Armina,” kata Subhan.
Pada tahun 2016 pelayanan catering menjadi 24 kali untuk makan siang dan makan malam dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 25 kali yaitu makan siang dan makan malam serta penambahan jamuan makan pagi jemaah.
Selanjutnya pada tahun 2018 dan 2019 pelayanan makanan di Mekkah diberikan sebanyak 40 kali dalam bentuk makan siang dan makan malam.
Subhan mengatakan, sejak 2015 hingga 2019 selalu ada penghentian sementara pelayanan makanan sebelum dan sesudah puncak haji, namun rentang waktu penangguhan bervariasi.
Pada tahun 2015 penghentian sementara dilakukan enam hari sebelum puncak ibadah haji, sedangkan pada tahun 2016 hingga 2019 penghentian sementara jasa catering dilakukan tiga hari sebelum puncak ibadah haji.
Pelayanan makanan saat itu baru dikembalikan tiga hari setelah puncak haji atau sejak tanggal 16 Zulhijjah.
Menurut Subhan, dua alasan penghentian layanan catering sebelum dan sesudah puncak ibadah haji adalah karena seluruh jemaah haji di dunia telah terkonsentrasi di Mekkah sebelum berdiri.
“Kondisi seperti ini mempersulit proses distribusi sembako karena padatnya lalu lintas di Kota Mekkah,” kata Subhan.
Faktor lain yang menyebabkan jemaah berhenti makan, menurut Subhan, adalah tenaga kerja yang menyediakan makanan menjelang puncak haji juga terkonsentrasi di dapur Armina karena makanan disiapkan di dapur yang didirikan di tenda-tenda untuk orang Indonesia. peziarah. di Arafah dan Mina.
Tahun 2022 atau setelah dua tahun tidak menunaikan ibadah haji dengan jumlah jamaah di bawah 50% kuota normal dan kondisi pasca pandemi di Mekkah, PPIH mendesak PPIH di bawah arahan Menag Yaqut Cholil Qoumas untuk memberikan layanan restorasi .
Jamaah haji Indonesia mendapat 75 kali makan selama di Mekkah, berupa sarapan, makan siang, dan makan malam, kata Subhan.
Tahun ini kuota jemaah haji Indonesia sudah kembali normal, dan bertambah lagi 8.000 orang sehingga total menjadi 229.000 jemaah, dan kota Mekkah sudah sangat padat dan akan terus bertambah.
Mendekati puncak ibadah haji, total kuota jemaah haji dari seluruh dunia diperkirakan mencapai 2,5 juta jemaah, sehingga layanan makanan bagi jemaah haji Indonesia di Mekkah dihentikan sementara sehari sebelum puncak haji dan dua hari setelah Armina.
Baca juga:
Peziarah membawa dua koper penuh rokok