SEPUTARPANGANDARAN.COM, Jakarta – Salah satu akar hambatan utama dalam balik tragedi Kerusuhan Sampit adalah persaingan berhadapan dengan sumber daya alam lalu tanah antara suku Dayak yang dimaksud merupakan penduduk asli Kalimantan dengan para imigran suku Madura yang mana datang ke tempat yang dimaksud untuk mencari penghidupan baru.
Kondisi ekonomi yang mana sulit kemudian ketidaksetaraan di distribusi sumber daya memperburuk ketegangan antara kedua kelompok ini.
Dilansir dari laman publikasi Tragedi Sampit 2001 serta Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke (Re)konstruksi ketidaksetaraan sosial dan juga dunia usaha antara suku Dayak lalu Madura juga menjadi pemicu konflik. Warga Dayak merasa bahwa warga Madura telah lama mengambil alih lahan kemudian sumber daya alam di tempat Kalimantan Tengah.
Suku Dayak rutin kali merasa terpinggirkan pada hal akses terhadap pekerjaan, pendidikan, lalu layanan publik, sementara suku Madura, sebagai pendatang, juga menghadapi diskriminasi serta perlakuan tidaklah adil.
Polarisasi identitas etnis yang semakin meningkat juga memainkan peran pada memperkeruh situasi. Stereotip negatif serta prasangka antar suku Dayak serta Madura semakin memperdalam jurang pemisahan antara merekan yang tersebut memicu konfrontasi fisik serta kekerasan.
Kegagalan pemerintah pada menangani konflik dan juga ketegangan antaretnis yang digunakan muncul sebelumnya juga menjadi faktor penting pada memperburuk situasi Kerusuhan Sampit. Kurangnya langkah-langkah pencegahan, dialog antarkelompok, serta penyelesaian damai konflik yang dimaksud muncul sebelumnya telah lama meninggalkan luka-luka yang digunakan belum sembuh pada masyarakat.
GARUDA KEMDIKBUD.GO.ID
Pilihan editor: Kilas Balik 23 Tahun Tragedi Kerusuhan Sampit Kalimantan Tengah
Sumber Tempo