Merah Putih. dengan – Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Sudan harus melapor ke KBRI Khartoum untuk segera dievakuasi ke Indonesia.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengimbau agar seluruh WNI yang masih berada di Sudan dapat dievakuasi pada tahap kedua.
Baca juga:
Presiden Erdogan menyerukan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Sudan
Sebelumnya, pada tahap pertama, sebanyak 538 WNI berhasil dibawa ke Port Sudan untuk dipulangkan ke Indonesia melalui Jeddah, Arab Saudi.
“Tolong segera laporkan keberadaan Anda ke KBRI Khartoum agar dapat dilakukan evakuasi juga pada tahap kedua,” kata Retno.
Ia menjelaskan, sejak konflik berkecamuk di Sudan, pemerintah telah melakukan yang terbaik dan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan perlindungan kepada WNI.
Sejak hari pertama konflik yaitu 15 April 2023 telah dilakukan koordinasi antara Kemlu dengan lima perwakilan Indonesia yaitu di Khartoum (Sudan), Kairo (Mesir), Addis Ababa (Ethiopia) serta Riyadah dan Jeddah (Arab Saudi). ) terus diperkuat.
Koordinasi juga dilakukan dengan kementerian dan lembaga lain, terutama dengan TNI untuk membahas evakuasi ke Indonesia.
“Setiap evakuasi pasti tidak mudah dan membutuhkan perencanaan yang sangat matang. Sekali lagi, keselamatan WNI selalu menjadi prioritas utama,” ujar Menlu Retno.
Akibat pertempuran yang masih berlangsung disertai pembatasan bahan bakar untuk kendaraan angkut, evakuasi WNI dari Sudan tidak bisa dilakukan sekaligus.
Saat ini, 538 WNI berada di Pelabuhan Sudan untuk diberangkatkan ke Jeddah melalui jalur laut, sebelum dikembalikan ke Indonesia.
Selain itu, pemerintah berencana mengevakuasi 289 WNI lainnya yang sebagian besar pelajar dan lima pekerja perusahaan.
“Kami mohon doanya agar evakuasi dapat dilakukan dengan selamat, mengingat situasi di lapangan sangat cair dan dinamis,” kata Retno.
Berdasarkan data KBRI Khartoum, terdapat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan. Kebanyakan dari mereka adalah pelajar laki-laki dan perempuan yang tinggal di ibu kota Khartoum.
Keberadaan dan keselamatan WNI di Sudan menjadi perhatian karena Khartoum dan sekitarnya menjadi titik utama pertempuran mematikan antara Sudanese Army (SAF) dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). (Knu)
Baca juga:
Anies memisahkan pencari suaka Sudan dan Afghanistan