KARTINI Bangun Negeri (Kabari) Rembang, gagasan Bank Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Cagar Budaya Lasem dan Pemerintah Kabupaten Rembang, menyelenggarakan Lomba Merancang Motif Batik Lasem 2023 pada 5 April hingga 6 Juli 2023. Lomba ini diadakan sebagai upaya memperkuat Lasem ekosistem batik dalam konteks ekonomi sirkular, terutama pada masa pemulihan ekonomi mikro pasca pandemi. Dalam kontes yang berlangsung selama dua bulan tersebut, peserta tidak hanya mendesain motif batik, tetapi juga mengimplementasikannya dalam selembar kain. “Biasanya lomba desain batik seperti ini digelar satu atau dua hari. Namun, kami bersama BI merancangnya selama dua bulan untuk memberikan kesempatan kepada peserta mewujudkan proyeknya,” ujar penyelenggara kompetisi Ernitha Angelia.
Dari 119 entri yang masuk, juri memilih enam nominasi untuk maju ke babak final. Nominasi memiliki kesempatan untuk menggabungkan desain motif batik mereka ke dalam selembar kain. Karya-karya tersebut kemudian dinilai kembali oleh dewan juri untuk menentukan pemenangnya.
BACA JUGA:
Melihat ‘Little China’ dalam Nominasi Lomba Desain Batik Motif Lasem Karya 2023
Rapat penjurian pleno yang digelar di Kantor KpWBI Jateng tersebut dipimpin oleh Kepala Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra didampingi enam juri lainnya, yakni Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya Kemendikbud, Riset dan Teknologi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ni Ketut Wardani Pradnya Dewi, perancang busana DAN pendiri IKAT Indonesia Didiet Maulana, Lina Handianto Tjokrosaputro (diwakili oleh Heri Santoso) dari Batik Keris, Guru Besar Desain Komunikasi Visual Institut Kesenian Jakarta Adityayoga, Desainer Adra Dunia Hayuning Sumbadra dan Batik White Peony Yogyakarta Yahya Adi Sutikno.
“Bank Indonesia menyelenggarakan kompetisi ini untuk menampung ide-ide baru dan inovatif untuk pengembangan motif batik Lasem oleh generasi muda dan produktif. Mendorong ide kreatif dan kerja kolaboratif untuk ekosistem batik Lasem. Desain yang diperlukan harus terinspirasi dari warisan budaya Lasem, boleh bernuansa baru, tapi karakter Lasem tetap kuat. Mercusuar batik Indonesia tak boleh redup. Apalagi tantangannya banyak,” kata Rahmat Dwisaputra dalam keterangan resmi yang diterima merahputih.com.
Ni Ketut Wardani mengatakan proses seleksi dan final sangat intens. Semua desain konseptual itu unik, beberapa bahkan mungkin tidak terpikirkan. Ada yang punya riset yang kuat, ada yang punya kemampuan bercerita, ada yang punya ide segar, ada yang punya teknik produksi yang sangat bagus. Ceritanya terkait dalam seri Spice Path. “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini sedang menggalakkan program Jalur Rempah. Sepertinya semua pekerjaan terkait. Penilaian ini berdasarkan kita mengangkat warisan budaya Lasem yang menjadi inspirasi untuk menjalankan karya-karya yang solid”, tutur perempuan yang dikenal Ninis.
BACA JUGA:
6 Pilihan Teratas Juri Stay Action pada Lomba Desain Motif Batik Lasem 2023
“Ada enam besar yang memikirkan target pasar, biaya produksi, serta inspirasi penelitian dan budaya yang kuat. Penting untuk merancang dan mengembangkan sastra dengan target pasar”, jelas Didiet Maulana. Hayuning Sumbadra mengatakan, enam besar yang terpilih memiliki konsep desain yang kuat, narasi, rencana aplikasi yang unik, target market untuk realisasi karya. “Enam besar adalah konsep yang sangat kuat, rencana bisnis, layak jual, konsep layak jual. Desain juga bisa diaplikasikan ke berbagai media dan kain kriya. Begitu juga bisa industri premium dan terjangkau. dari pengguna Saya akan senang,” jelasnya.
Setelah melalui proses penjurian yang ketat, Nawasena Group Lasem yang mengembangkan motif yang terinspirasi dari Masjid Mustaka Jami Lasem dengan tema utama pengembangan Islam dan santri di Lasem terpilih sebagai pemenang pertama. Pemenang kedua adalah Grup Gantari Lasem, yang memberikan reinterpretasi motif Merak Ngigel yang terkenal pada tahun 1900-an, serta mengeksplorasi motif dekoratif Kelenteng Cu An Kiong.
Kelompok Linggi Lasem yang mengembangkan motif linggi buritan kapal meraih juara ketiga. Motif tersebut terinspirasi dari tema budaya bahari Lasem yang menjadi salah satu persinggahan dalam pelayaran Nusantara Rempah. Arsitek dan aktivis sastra, Eko Cahyo, asal Yogyakarta, menjadi juara keempat. Ia mengembangkan desain motif yang terinspirasi dari khazanah kuliner Lasem seperti dumbeg, yopia, dan rengginang.
Pemenang kelima adalah Dessy Riana, desainer sekaligus akademisi asal Yogyakarta yang membuat desain motif burung phoenix dengan ornamen rempah yang terinspirasi dari sejarah jejak rempah Indonesia. Kelompok Abipraya dari Universitas Negeri Surabaya dengan desain yang terinspirasi dari burung phoenix dan peony berhasil meraih juara enam.
Selain keenam pemenang tersebut, diumumkan juga pemenang favorit yang dipilih oleh netizen yaitu Gantari Group work with dia suka penumpukan tagihan @kabaridarirembang, @kesengsemlasem, DAN @rdwisaputra.
“Membutuhkan dari pengguna Seharusnya dipertimbangkan. Desain juga perlu dipikirkan matang-matang, bisa diterapkan pada cetakan baju dan lain-lain. Peserta yang masuk enam besar dapat mempresentasikan konsep dan caranya dari pengguna bisa menggunakan. Ini adalah kompetisi yang menarik, presentasi pesertanya unik. Hasil akhir karyanya juga bisa dilihat,” ujar Heri Santoso, perwakilan dari Batik Keris.
“Peringkat juara merupakan bonus atas kerja keras seluruh peserta. Kami berterima kasih kepada semua peserta dari yang terdaftar hingga enam finalis pertama. Sekali lagi, penilaian berdasarkan kriteria konsep (30 persen), teknik (20 persen) dan estetika (50 persen) dilakukan dengan kemampuan terbaik kami oleh tim juri jangka panjang. Kami berharap hasilnya dapat bermanfaat bagi pelestarian batik dan ekonomi sirkular di Kawasan Cagar Budaya Lasem Kota Lama”, pungkas Yulia Ayu selaku perwakilan dari Lasem Heritage Foundation.(dua)
BACA JUGA:
Kabari Rembang mengadakan lomba desain Motif Batik Lasem