Indeks

Jepang Bentuk Badan Khusus Hadapi Krisis Kelahiran Anak

MerahPutih.com – Jepang telah menghadapi masalah serius dari tingkat kelahiran yang rendah dalam beberapa tahun terakhir.

Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji, mengatakan gaya hidup lajang menjadi faktor rendahnya angka kelahiran di Sakura.

“Ini hanya dugaan saya, tapi menurut saya anak muda sekarang sedang membangun gaya hidupnya sebagai jomblo,” kata Kanasugi saat ditemui di sela-sela acara buka puasa bersama para tokoh Islam Indonesia di Jakarta, Jumat (14/4) malam.

Baca juga:

Militer China melanjutkan latihan perang di perairan sekitar Taiwan

Dengan menikmati gaya hidup ini, katanya, pemuda Jepang tidak perlu merasa terbebani dengan tanggung jawab menikah dan memiliki anak.

“Karena ketika mereka menikah dan memiliki anak, mereka harus benar-benar mengubah gaya hidup mereka, sehingga mereka lebih memilih untuk melajang dan menikmati hidup seperti itu,” ungkapnya.

Ia juga mengakui bahwa negaranya sedang menghadapi krisis populasi, dengan angka fertilitas total atau rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan seorang perempuan seumur hidupnya – menjadi 1,30 pada tahun 2021.

Tingkat kelahiran turun di bawah 800.000 pada tahun 2022, menurut perkiraan pemerintah, mendorong banyak sekolah di Jepang tutup karena kekurangan siswa.

Baca juga:

Trump Berbicara Setelah Penangkapan Tentang Tuduhan Suap Terhadap Bintang Film Dewasa

Berdasarkan data pemerintah, sekitar 450 sekolah ditutup setiap tahun. Antara tahun 2002 dan 2020, hampir 9.000 sekolah ditutup untuk selamanya, mempersulit daerah terpencil untuk menarik penduduk baru dan muda.

Namun, Kanasugi mengatakan bahwa sekolah tersebut tidak benar-benar ditutup, tetapi banyak yang telah bergabung (penggabungan).

“Ada dua sekolah yang digabung menjadi satu, sehingga jumlah sekolah (di Jepang) berkurang,” ujarnya.

Menanggapi krisis kependudukan, Kanasugi mengatakan pemerintah Jepang berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan angka fertilitas warganya dengan mendorong generasi muda untuk menikah dan memiliki anak lagi.

Perdana Menteri Fumio Kishida telah memperingatkan bahwa angka kelahiran yang menurun membuat Jepang hampir tidak dapat mempertahankan fungsi sosialnya.

Oleh karena itu, penyelesaian masalah tidak dapat ditunda lagi, kata Kishida.

Kishida mengatakan dia ingin pemerintah melipatgandakan anggaran untuk program-program yang berkaitan dengan anak-anak dan sebuah badan pemerintah baru akan dibentuk pada bulan April untuk fokus pada masalah ini.

Baca juga:

Helikopter turis jatuh di Vietnam, 2 tewas



Source link

Exit mobile version