SEPUTARPANGANDARAN.COM – Sebuah postingan mengenai awan yang disebut mengerikan dan menutupi gunung Sumbing viral di media sosial Instagram baru-baru ini.
Saat ini, postingan yang dibagikan oleh @pesonagunung tersebut telah dilihat oleh lebih 45 ribu pengguna hingga Sabtu (4/1/2020) malam.
Dalam video yang dilampirkan, awan yang terlihat mirip UFO tersebut dikelilingi oleh gumpalan awan-awan yang bergerak di sekitarnya.
Diketahui pengunggah pertama video tersebut adalah @andojunior_.
https://www.instagram.com/p/B643dNjFZHb/?utm_source=ig_web_copy_link
Awan Lenticularis
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (4/1/2020) Armando menceritakan kejadian fenomena awan tersebut terjadi pada Jumat (3/1/2020) sekitar pukul 08.00 WIB.
“Hanya beberapa detik saja, soalnya setelah kejadian itu langsung ditutupin sama kabut,” kata dia.
Sementara itu, Koordinator Forum Pengelola Gunung Sumbing, Lilik Setiyawan juga membenarkan adanya fenomena tersebut.
Menurutnya, fenomena awan yang menutupi gunung Sumbing tersebut terjadi pada Jumat (3/1/2020) dan kembali terlihat pada Sabtu (4/1/2020).
“Iya (terlihat lagi) itu fenomena kalau ada badai di atas jadinya seperti itu,” ujarnya kepada Kompas.com(4/1/2020).
Dihubungi terpisah, Prakirawan Cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Nanda Alfuadi mengatakan jenis awan yang terlihat dalam postingan tersebut dimungkinkan merupakan jenis awan lenticularis yang umum terjadi saat siang hari di musim kemarau.
Menurutnya awan tersebut bukan penanda cuaca buruk tapi penanda potensi turbulensi.
“Sehingga sebetulnya yang perlu hati-hati adalah penggiat penerbangan atau olahraga paralayang karena dalam kondisi atmosfer seperti itu daya angkat atmosfer tidak begitu bagus,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/1/2020).
Saat disinggung terkait bentuk awan tersebut yang juga disebut-sebut oleh para netizen mirip UFO, imbuhnya terjadi lantaran proses pembentukan awan ke atas terhambat karena kondisi atmosfer di puncak gunung cenderung stabil sehingga awan melebar ke samping dan bukan tumbuh ke atas.
Topografi gunung
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Agie Wandala mengatakan awan lentikuleris dipengaruhi oleh topografi gunung dan tegak lurus terhadap arah angin.
Fenomena ini disebutnya wajar terjadi di gunung namun juga bisa terjadi dataran luas.
“Di gunung terdapat sebuah mekanisme yang disebut gelombang gunung, salah satu tandanya adalah awan lentikuler,” ujarnya Sabtu (4/1/2020).
Agie mengatakan fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki karena tidak terjadi badai di sekitar awan tersebut.
Namun yang perlu diwaspadai suhu udara yang menjadi lebih dingin karena suhu dingin adalah pendukung pembentukan awan lentikular.