memaparkan dua amunisi utamanya dalam mengawal (Pemilu) 2024, yakni memberantas misinformasi dan juga merekomendasikan informasi akurat.
“Di Google kami mempunyai tim ahli yang tersebut bekerja untuk melawan misinformasi pada seluruh dunia termasuk dalam Indonesia. Ada beberapa hal yang digunakan kami lakukan terkait hal ini. Pertama, menghapus konten yang tersebut berisiko mengancam seseorang. Kedua, mengarahkan pengguna ke informasi yang dimaksud berkualitas dari sumber yang digunakan kredibel, dari Search, YouTube hingga Google Ads,” ujar Danny Ardianto, Kepala Hubungan Pemerintah serta Kebijakan Publik YouTube Indonesia di tempat peluncuran kampanye #YukPahamiPemilu di area Jakarta, Rabu (20/9).
Perhatian Google dalam kedua hal hal tersebut akan dieksekusi dengan beberapa kampanye, salah satunya adalah kampanye Recheck Sebelum Kegocek. Kampanye ini mengupayakan agar para pemilih pemula dalam mengenali serta menghindari misinformasi.
Di masa pemilu, manipulasi kerap diimplementasikan untuk meningkatkan reputasi atau merusak kredibilitas kandidat lain.
Google menyebut ada tiga taktik yang paling populer juga paling banyak sering digunakan untuk tujuan tersebut.
Taktik yang dimaksud pertama adalah taktik merusak reputasi, atau dengan kata lain konten-konten yang mana dibuat khusus untuk mencemarkan nama baik seseorang atau menurunkan reputasi mereka.
Kemudian, ada juga taktik manipulasi gambar kemudian video yang mana sengaja menggunakan gambar dan juga video yang mana telah lama diedit untuk dipakai pada luar konteks. Gambar dan juga video ini bukan hanya sekali diedit, tetapi biasanya ditambahkan headline yang mana menyesatkan.
Taktik populer yang tersebut terakhir adalah taktik emosi yang digunakan biasanya yang digunakan sengaja dibuat supaya menimbulkan kita marah, takut, atau emosi lainnya. Biasanya, taktik semacam ini memakai kata-kata yang tersebut berlebihan juga atau kalau dia video biasanya diberi lagu dramatis.
Kampanye berikutnya yang tersebut dihadirkan Google untuk mengawal pilpres diberi nama Pause Dulu. Tujuan utama dari kampanye ini adalah membiasakan pengguna untuk melakukan pause atau jeda setiap menerima konten untuk memahami konten kemudian mencari tahu sumber konten sebelum akhirnya memercayai juga menyebarkan konten.
Kampanye ini diharapkan bisa jadi memutus rantai penyebaran misinformasi, yakni sharing tanpa verifikasi, yang mana jadi akar permasalahan utama dalam isu misinformasi.
Lebih lanjut, Google juga memberikan rekomendasi informasi-informasi yang mana kredibel terkait pilpres di area berbagai kanalnya, mulai dari Google Search hingga YouTube.
Google Pilih Tak Hadirkan Iklan Politik
Sumber: CNN Indonesia