SEPUTARPANGANDARAN.COM – Pemerintah Kabupaten Pangandaran segera melakukan perbaikan sekaligus mengaktifkan bangunan tempat evakuasi sementara atau shelter tsunami di kawasan pasar wisata pantai Pangandaran.
Penjabat sementara (Pjs) Bupati Pangandaran Dani Ramdan mengatakan pihaknya akan segera mengaktifkan shelter tsunami yang sempat terbengkalai sejak dibangun beberapa tahun lalu.
“Saya targetkan bulan ini bisa diaktifkan. Paling tidak tanggal 25 Oktober bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Pangandaran, shelter tsunami sudah aktif,” kata Dani, Senin (5/10/2020).
Dia menjelaskan aktivasi shelter tsunami itu dilakukan dengan adanya aktivitas harian di gedung tersebut.
“Nanti kawan-kawan forum relawan yang akan beraktivitas di sana. Jadi setiap hari ada kegiatan. Apalagi bulan ini adalah momentum bulan pengurangan risiko bencana, sehingga waktunya tepat,” kata Dani.
Ke depan, bangunan shelter tsunami itu akan dijadikan pusat ketangguhan masyarakat.
“Shelter tsunami itu akan dijadikan pusat edukasi ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana. Warga atau bahkan wisatawan bisa belajar atau menambah pengetahuan mengenai berbagai bencana serta mitigasinya,” kata Dani.
Lebih lanjut, kata Dani, yang juga Kepala BPBD Provinsi Jawa Barat itu memaparkan bahwa kondisi jalur evakuasi bencana di kawasan pantai Pangandaran sudah cukup layak.
“Kondisi jalur evakuasi sebenarnya sudah memadai, yang jadi persoalan itu wisatawan atau warga tahu tidak jalur evakuasi tersebut,” kata Dani.
Sehingga dalam waktu dekat ini akan dilakukan pelatihan atau penyegaran kembali kepada para pelaku wisata di Pangandaran mengenai apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, termasuk penguasaan jalur evakuasi.
“Kalau melatih atau memberi tahu wisatawan kan susah. Makanya kita latih pelaku wisata seperti pegawai hotel, pedagang dan lainnya. Sehingga seandainya terjadi bencana, mereka yang akan memandu wisatawan,” kata Dani.
Diberitakan sebelumnya bangunan shelter tsunami di pantai Pangandaran tak terawat.
Banyak bagian gedung yang mengalami kebocoran, sehingga menyebabkan genangan air di dalam ruangan.
Kondisi penerangan atau lampu-lampu banyak dalam keadaan rusak, bahkan instalasi kabel listrik tampak carut marut membahayakan.
Selain itu beberapa bagian pintu gedung juga terlihat mengalami kerusakan. Kesan angker muncul di bangunan tanpa penghuni tersebut.
Padahal gedung berukuran sekitar 50 x 60 meter dengan desain khusus itu sengaja dibangun oleh pemerintah untuk dijadikan tempat evakuasi sementara atau shelter.
Gedung yang dibangun dengan menghabiskan anggaran sekitar Rp 23 miliar ini sudah berdiri sejak tahun 2016 silam.
Gedung itu diklaim bisa menampung hingga 6 ribu orang. Lokasi gedung ini berada sekitar 1 kilometer dari bibir pantai barat maupun pantai timur Pangandaran.***