BERITA  

Bertemu PHRI, Pjs Bupati Pangandaran Minta Pertahankan Zona Hijau

SEPUTARPANGANDARAN.COM – Ketua PHRI Kabupaten Pangandaran, Agus Mulyana, menyampaikan terimakasih kepada pemerintah bahwa ditengah pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda berakhir, namun telah memberikan ijin membuka operasional seluruh objek wisata di Kabupaten Pangandaran.

“Alhamdulillah dengan dibukanya objek wisata, perekonomian pelaku usaha kembali menggeliat walau belum disebut pulih,” ungkap Agus dalam pertemuan jajaran pengurus PHRI Kabupaten Pangandaran dengan Pjs Bupati Pengandaran, Di Kantor PHRI Kabupaten Pangandaran Kamis (1/10/2820)

Untuk itu, kata Agus, PHRI terus berupaya melakukan edukasi baik ke hotel dan restoran serta wisatawan. Hal ini dilakukan karena tidak ingin ditutup lagi akibat adanya cluster di sektor wisata.

“Kami akan terus berusaha mematuhi protokol kesehatan, karena jika sudah ditutup akibat kasus Covid-19 akan sulit dibuka lagi,” Ujar Agus.

Sementara Pjs Bupati Pangandaran, Dani Ramdan menyampaikan pencegahan terhadap Covid-19 harus terus dilakukan.

“Dengan datangnya wisatawan dari berbagai daerah. Maka kita tidak dapat terlena dan tetap harus waspada. Jangan sampai dibukanya objek wisata malah menjadi masalah. Apalagi di daerah lain terjadi peningkatan jumlah kasus posirif Covid-19,” kata Dani.

Baca juga:  King Kobia, Komoditas Perikanan Baru di Kabupaten Pangandaran

Dani mengingatkan untuk lebih waspada terutama kegiatan di indoor, seperti di hotel dan restoran.

“Selain itu kami juga menyampaikan terimakasih kepada PHRI yang telah melakukan langkah dan antisipasi dalam pencegahan pandemi Covid-19 sehingga dapat mempertahankan zona hijau,” kata Dani.

Selain itu, soal gencarnya pemberitaan tentang potensi gempa Megathrust magnitudo (M) 9,1 yang dapat memicu Tsunami hingga 20 meter di selatan Pulau Jawa yang dimodelkan oleh ahli ITB, hal tersebut tentu akan berdampak pada sektor pariwisata.

Sehubungan dengan hal itu, Dani menyampaikan bahwa berita tersebut adalah hasil kajian para ahli ITB.

Meskipun kajian ilmiah mampu menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust dan skenario terburuk, akan tetapi hingga saat ini teknologi tersebut belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi.

“Selanjutnya masyarakat diminta jangan mudah terpancing dan tetap tenang dan beraktivitas sebagaimana biasa dan tidak usah khawatir. Namun kewaspadaan terhadap bencana harus tetap ditingkatkan,” ucap Dani.***