Bentrok Bersenjata Milisi dan Militer Sudan Kembali Pecah

MerahPutih.com – Kekerasan bersenjata di Sudan belum berakhir, yang telah menewaskan ratusan orang.

Warga Khartoum mengatakan pada Selasa (13/6) ini bahwa mereka mendengar suara tembakan artileri dan senjata berat dan ringan di kota Bahri, selatan ibu kota.

Insiden itu merupakan bentrokan sengit antara militer Sudan dan milisi Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Baca juga:

COVID-19 melonjak di China, 164 orang meninggal dalam satu bulan

Pesawat militer juga terlihat terbang di atas kota.

“Pesawat militer mengincar pasukan RSF yang berada di jalanan dan di pemukiman warga,” kata seorang saksi mata, dikutip Antara.

Tidak ada pernyataan dari kedua belah pihak tentang bentrokan itu.

Pertempuran antara dua kelompok yang bersaing itu berlanjut pada Senin setelah berakhirnya gencatan senjata 24 jam yang dirundingkan oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi.

Baca juga:

Mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi meninggal dunia

Menurut tim medis, sekitar 1.000 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam bentrokan antara militer dan RSF yang terjadi sejak April.

Baca juga:  Trailer Film Napoleon Mengubah Joaquin Phoenix Menjadi Seorang Tiran, Pengasih dan Kaisar

Perjanjian gencatan senjata sebelumnya sering dilanggar. Kedua belah pihak saling menuduh melakukan kesalahan.

Perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang berkonflik mengenai integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata telah berkembang dalam beberapa bulan terakhir. Integrasi adalah syarat utama dalam perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.

Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak 2021 setelah militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan mengumumkan keadaan darurat.

Gerakan militer tersebut dikritik oleh kekuatan politik di negara tersebut yang menggambarkannya sebagai “kudeta”.

Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar Al Bashir, awalnya akan berakhir dengan pemilu pada awal 2024.

Baca juga:

20 negara zona euro mengalami resesi ringan



Source link