Indeks

Beef Review: Bukan Drama Romantisme Balas Dendam

“Beef” adalah serial original Netflix terbaru yang diproduksi oleh A24, dibuat oleh Lee Sung Jin. Drama thriller komedi dibintangi oleh Steven Yeun (Burning) dan Ali Wong, serta diisi oleh aktor Asia lainnya. Dimulai dengan Joseph Lee, Young Mazino, David Choe dan Patti Yasutake.

Steven Yeun berperan sebagai Danny Cho, seorang kontraktor gagal, sedangkan Ali Wong berperan sebagai Amy Lau, pengusaha yang berada di bawah banyak tekanan dan tidak puas dengan kehidupan mereka.

Terlalu lelah dengan hidup dan terlalu lama menahan emosi, keduanya menemukan diri mereka dalam situasi yang membuat mereka meledak-ledak dan semakin tidak terkendali. Berawal dari perkelahian di jalanan, permusuhan yang sudah ada berubah menjadi rentetan pelepasan stres yang membawa keduanya pada konsekuensi yang tidak terduga.

“Beef” adalah serial komedi-tragedi Netflix yang kacau, penuh kekacauan, dan rangkaian keputusan yang salah. Namun lebih dari romansa balas dendam yang saat ini merajai dunia entertainment konvensional“Daging sapi” sebenarnya ada untuk menjebak kita setelah balas dendam tanpa akhir.

Drama Krisis Paruh Baya Berlatarkan Thriller Komedi

Kisah Danny Cho dan Amy Lau dalam “Beef” pada dasarnya mengandung masalah umum yaitu krisis paruh baya. Danny Cho sebagai anak sulung merasa memiliki beban sebagai tulang punggung keluarga. Masih lajang, pikirannya hanya sibuk mencoba menjalankan bisnis kontraktornya dan menghasilkan banyak uang untuk membanggakan orang tuanya.

Padahal Amy Lau adalah seorang istri, ibu dan pengusaha di bawah bayang-bayang nama belakang suaminya sebagai seorang seniman. Dia hanya ingin menjadi seorang ibu yang menghabiskan waktu di rumah bersama putrinya, June. Tapi dia hanya terlibat dan terlibat dalam kehidupan wanita karir yang sibuk.

Dua karakter utama dalam “Beef” mewakili orang-orang yang sedang mengalami krisis paruh baya. Ada banyak skenario krisis hidup dengan detail yang berbeda-beda, cerita Danny dan Amy sangat ringkas dan pas untuk menjangkau khalayak umum.

Genre komedi-tragedi menjadi salah satu tema yang cenderung gagal mencuri hati penonton. Karena beberapa sering terganggu oleh skrip yang tidak beruntung sehingga mereka tidak lagi menganggapnya lucu. Namun, “Beef” berhasil melahirkan tragedi komikal dengan komposisi yang pas. Hal ini disebabkan adanya kesinambungan antara sebab dan akibat dalam plot.

Kita juga tidak hanya melihat perkelahian liar antara Danny dan Amy, plot di mana keduanya menjalani kehidupan masing-masing secara terpisah juga memiliki cerita tersendiri yang menarik untuk disaksikan.

Penampilan Terbaik oleh Steven Yeun dan Ali Wong

Kualitas akting Steven Yeun dan Ali Wong menjadi salah satu keunggulan “Beef”. Jumlah yang besar jendela toko penampilan emosional keduanya yang beberapa di antaranya menjadi viral di media sosial karena benar-benar berkesan dan sulit dilupakan penonton. Terutama Steven Yeun yang bisa dibilang memberikan performa terbaik di seri ini. Kalaupun penokohan keduanya juga tidak digambarkan sebagai karakter khusus.

Nah Amy adalah seorang pengusaha bahkan sukses, kita bisa melihat banyak wanita seperti Amy di luar sana, begitu juga dengan Danny. Akting mereka menjadi istimewa ketika keduanya mampu menunjukkan emosi yang otentik. Bahan kimia mereka adalah musuh bebuyutan instan, aspek ini sangat penting untuk kelangsungan plot di “Beef”.

Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan manusia, ditampilkan secara seimbang tanpa memihak salah satu karakter. Sebagai sebuah drama balas dendam, sangat menarik ketika setiap aksi balas dendam yang ditampilkan tidak membuat kita puas. Sebaliknya, penonton akan memohon kedua karakter ini untuk segera mengakhiri konflik mereka dan menjalani hidup mereka dengan baik.

Saat Amy dizalimi oleh Danny, kita akan mengkhawatirkan Amy dan sebaliknya. Pada akhirnya, “Beef” sebenarnya adalah drama balas dendam untuk perdamaian.

Kualitas produksi artistik ala A24

Jika berada di bawah naungan A24, kita semua pasti memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap eksekusi artistik dari hasil desain mereka. “Beef” adalah salah satu serial dengan fotografi terbaik di Netflix saat ini. Arahan visual perusahaan produksi ini selalu membuat nyaman mata penonton. Meskipun naskahnya panas, tampilan seri ini terlihat panas dan lembut.

Arahan tema juga terasa serius membangun suasana di sekitar setiap karakter. Danny Cho adalah pria kelas menengah ke bawah, sedangkan Amy Lau adalah wanita kelas menengah ke atas. Desain rumah Amy adalah salah satu set terbaik dalam seri ini, dan masih banyak lagi lokasi lainnya. kelas tinggi yang benar-benar serius dihadirkan untuk hasil visual yang artistik.

Tak hanya elemen visual, “Beef” jelas mengenal segmentasi penonton dari serial tersebut. Seperti drama yang sarat muatan krisis paruh baya di tahun 2023, tentunya kisah seri ini semakin relevan bagi kita para Gen Xers dan generasi milenial. Setiap episode “Beef” diakhiri dengan lagu-lagu hits dari tahun 1999 hingga 2000. Dimulai dari Hoobastank, Incubus dan masih banyak lagi.

“Beef” adalah serial drama terbaik di Netflix saat ini. Lebih dari sekedar drama balas dendam yang berdarah-darah, ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita petik dari konflik Danny dan Amy.

Ini bukan drama yang menampilkan romansa balas dendam, melainkan membuat kita mawas diri untuk lebih bijak dalam mengelola amarah.

Exit mobile version